Kartini menurutku.....
Tanggal
21 April kemarin, hari Kartini. Kartini yang selama ini aku tau, sosok wanita
yang nggak mau mengalah begitu saja pada kodrat wanita yang mungkin salah
satunya adalah menikah. Kartini itu, tidak mau berhenti belajar, dia dikisahkan
sebagai wanita yang dalam masa pingitnya (karena dia tidak bisa melanjutkan
sekolah dikarenakan orang tua menginginkannya untuk menikah) dia terus belajar
membaca dan menulis. Hingga pada akhirnya, proses membawanya kepada kesempatan untuk belajar di Belanda.
Dia
berhasil mendirikan sekolah wanita di beberapa kota yang diberi nama “Sekolah
Kartini”. Kesimpulan dari cerita Raden Ajeng Kartini menurut kacamata aku:
“Jadi
wanita itu, harus terus semangat. Tidak pantang menyerah. Kodrat wanita
memang sudah punya arahnya sendiri untuk dilakukan, tapi bijaknya, bekerja dan
belajar juga perlu diperhatikan. Itu kan bekal. ”
Dan,
seperti tahun-tahun sebelumnya, perayaan Kartini, biasanya anak-anak TK, SD,
atau tingkat pelajar di atasnya menggunakan pakaian tradisional atau pakaian
daerah. Sama halnya di Puri, staff FO, waiter dan waitress nya juga menggunakan
pakaian tradisional Jawa, yaitu Kebaya dan Lurik. Memaknai hari Kartini memang beda-beda caranya, tapi
bukan menggunakan pakaian tradisional lantas kita bisa tahu maksud dari
perjuangan Kartini, bukannya kita juga wanita masa kini. Harusnya tetap paham
kan maksudnya:
“Habis gelap terbitlah
terang....”
No comments :
Post a Comment