September 7, 2015

SPEAK

 KENAPA SAYA TAKUT BERKOMUNIKASI DENGAN ORANG BARU?
"Think twice before you speak, because your words and influence will plant the seed of either success or failure in the mind of another." - Napoleon Hill


Saya jarang menulis tentang hal-hal yang bagi kebanyakan orang hanya teoritis semata - seperti motivator atau mungkin bentuk defensif terhadap kegagalan diri sendiri atau segala hal akan dianggap mengajari. Tapi satu pertanyaan dari rekan kerja menggelitik rasa untuk berbagi pengalaman tentang "rasanya takut berbicara dengan orang baru".
Berbicara itu apakah harus  spontan?
Jika dilakukan spontan, apakah tidak mengkhawatirkan jika kita tidak menguasai materi?
Saat kita sadar lawan bicara kita  merasa tidak seimbang, kita mulai gugup dan justru tidak membuat nyaman satu sama lain. Kenapa bisa sesulit itu?

Lantas tips untuk menghadapi diri sendiri saat kamu sudah mulai banyak pertanyaan dan pertimbangan adalah bertanya:
"Why you waiting so long?"

Pikirkan beberapa hal positif seperti: 
1. Sepenting apa lawan bicara kita?
(bukan tentang jabatan atau tingkat pekerjaan, tapi sejauh mana informasi yang bisa kita peroleh ataupun hubungan yang lebih ke arah profesional.
Contoh kasus:  Traveling pertama saya ke Bogor bisa dibilang tidak tahu lokasi dan juga alamat. Saya membutuhkan rekomendasi hotel dengan harga terjangkau yang benar-benar terjangkau bukan karena kita menggunakan kartu kredit, transaksi online maupun menggunakan voucher hotel. Karena saya pernah 1 tahun lebih bekerja di hotel, tahu betul ada harga khusus pengunjung "walk in" langsung datang ke lokasi, dan terkadang harganya cukup terpaut dari harga online.

Diantara pembaca artikel ini akan nyeletuk: "Googling aja mba! Atau google map!"
Ya, bisa. Memang saat ini banyak aplikasi yang memungkinkan kita menemukan alamat seperti Waze, Foursquare, bahkan google Map sendiri sudah dapat memberikan perintah arah dalam layanannya. Namun, saat itu perangkan yang saya miliki belum support besar untuk melakukan itu. Hal yang terpenting saat saya berada di kota baru yang asing bagi saya adalah "berbaur". Akhirnya justru yang membantu saya menemukan hotel dengan harga cukup terjangkau adalah pedagang gorengan dan jajanan di sekitar Tugu Kujang - Bogor. Ada lebih dari satu jam kami berbincang, tentang jajanan yang dia jual. Namanya, rasanya, bahkan berujung mencoba makanan itu dengan gratis.

Tips berbincang dengan masyarakat lokal:
  •  Jangan merasa pintar.
  • "Berbaur" dalam bahasa, cara tutur, bahasa tubuh, keramahan, dan senyumlah. Saat kita berada di kota atau negara yang menggunakan bahasa berbeda, bukan berarti kita harus bisa menguasai bahasanya. Tapi, intinya "dimana bumi dipijak disitu langit dijunjung".
  •  Jangan egois. Dimulainya sebuah pembicaraan adalah kebutuhan dari dua belah pihak entah berapapun perbandingan kebutuhannya. Kita bisa saja langsung bertanya sesuai apa yang kita butuhkan, mengucapkan terima kasih kemudian berlalu. Ya, seperti itu, dan ceritamu hanya berakhir sesingkat itu.
  • Puji atas bantuan atau yang berkaitan dengan apa yang mereka hasilkan. Contoh: "Terima kasih pak bantuannya. Ngomong-ngomong, pisang goreng buatan Bapak ini mirip buatan mama saya. Enak sekali," Kamu pasti bisa membayangkan betapa kata-kata pujian sangat mampu meluluhkan hati siapapun.

2. Seberapa besar pengaruh orang itu pada kehidupan kita nantinya?
Jangan pernah berpikir kita tidak membuka omongan pertama kali dengan asumsi bahwa: "Toh kita juga nggak akan ketemu mereka lagi!" atau istilah-istilah semacamnya. Orang baru, dari kalangan apapun akan memberikan efek positif bagi kita, sekecil apapun itu. Bahkan jika efek posiifnya menjadi besar dan sangat berpengaruh pada hidup kita anggap saja itu bonus. Karena efeknya terkadang tidak datang dalam hitungan hari atau bulan, bisa saja 2 atau 3 tahun kedepan.

3. Seberapa mampu kita bermanfaat bagi orang lain.
Berbicara dengan orang baru, bisa jadi memberikan efek langsung meski bukan untuk kita tapi lawan bicara. Akan banyak hal, cerita, informasi ataupun koneksi-koneksi yang akan semaki terangkai saat pembicaraan kedua belah pihak terjadi. Tanpa kamu sadari, mungkin saja cerita dan informasi yang kamu berikan padanya sangat membantu.

Memulai pembicaraan dengan orang baru bukan sesuatu yang salah, selama kamu tahu dengan siapa kamu akan bicara. Meskipun memulai pembicaraan itu halal hukumnya, tapi tetap baca calon lawan bicara kita, apakah dia capable atau justru akan memberikan efek negatif pada kita. Paling tidak jika conversation seperti ini bisa kamu praktekan dalam 1 tahun saja, akumulasikan berapa hal bermanfaat apa yang sudah kamu dapatkan, seberapa banyak link baru yang sudah kamu punya, sudah seberapa berkembang kemampuanmu berbicaramu dan telah berapa kali banyaknya kamu bermanfaat bagi orang lain?

Akumulasikan berapa hal bermanfaat apa yang sudah kamu dapatkan, seberapa banyak link baru yang sudah kamu punya, sudah seberapa berkembang kemampuanmu berbicaramu dan telah berapa kali banyaknya kamu bermanfaat bagi orang lain? Hanya dalam satu tahun menjadi berani."

September 1, 2015

DELICATE GLAM

ARIESANTHI DALAM DELICATE GLAM
"SUNGKIT"
JOGJA FASHION WEEK 2015 SVARNA ARCHIPELAGO 




Songket adalah jenis kain tenunan tradisional Melayu dan Minangkabau di Indonesia, Malaysia, dan Brunei. Songket digolongkan dalam keluarga tenunan brokat. Songket ditenun dengan tangan dengan benang emas dan perak dan pada umumnya dikenakan pada acara-acara resmi. Benang logam metalik yang tertenun berlatar kain menimbulkan efek kemilau cemerlang.





Kalau bicara tentang history songket, dahulunya kain jenis ini benar-benar dari benang yang disepuh emas, digunakan sebagai mahar saat pernikahan. Sehingga hal ini membuat songket pada jaman awalnya dahulu cukup berat dan juga mahal.  Namun perkembangan jaman sekarang ini sudah sedikit memberikan kompromi besar bagi para desainer untuk bisa menggunakan kain jenis ini tanpa harus merogoh kocek ratusan juta.


Sempat berbincang dengan Tyaz Santhi Fatmasari (ARIESANTHI) beberapa hari sebelum Jogja Fashion Week 2015, dalam mini shownya di JFW 2015 menampilkan koleksi busana yang sarat akan nilai budaya. Beliau ingin menjadikan kain Songket tidak hanya "basic" yang mana lebih umum digunakan sebagai kain, selendang, atau selempang pada busana inti. 

Cek beberapa koleknya Ariesanthi dalam JFW 2015 Svarna Archiepelago.



Dalam tema besar "Sungkit", Ariesanthi menampilkan 30 koleksi busana dari warna merah, hijau, dan coklat abu selain itu juga koleksi night gown/wedding dress.



Terima kasih mba Tyaz yang sudah memberikan kami kesempatan untuk hadir di mini show kali ini. It was great! Dan pastinya, setelah hari itu betapa saya menyadari Indonesia memiliki banyak hasil kebudayaan yang khas, meski di dalamnya ada perpaduan dari negeri seberang, tapi bukankah keanekaragaman itu menjadikan kita semakin kaya?

Snapshot with Tyaz "ARIESANTHI"


Photos by @dinataayu 
Thanks for all partner @Bientorohadi @Yasmin


Copyright © 2014 FILOSOFAST

Distributed By Blogger Templates | Designed By Darmowe dodatki na blogi