April 4, 2019

FOOD & TRAVEL: MAKANAN YANG PATUT DICOBA DI MELAKA

"The only thing that holds true happiness is that moment when you're in it.
Nothing can be controlled." - Eliza Doolittle




Apa yang paling menyenangkan dari suatu perjalanan?

Selain bisa belajar tentang hal baru, dari orang-orang baru, perjalanan dalam hal ini traveling, kamu bisa menemukan pengalaman baru tentang banyak sekali hal. Sdar tidak sadar kamu akan menantang dirimu sendiri untuk melakukan sesuatu yang belum pernah kamu lakukan sebelumnya, atau bahkan enggan kamu lakukan selama ini karena berbagai faktor penyebab. Begitu pula denganku. Aku selalu menantang diriku untuk mengalahkan takut atau mengalahkan zona nyaman, dari hal yang biasa -biasa aja. Pembenaran diri dari "yaudah sih toh belum tentu ada kesempatan lagi kan," yadah sih coba aja, belum tentu kamu kesini lagi dalam waktu dekat" pernyatan serupa yang ujungnya memotivasi diriku sendiri untuk berani melakukan yang sebenarnya akan menyenangkan jika dilakukan. 

Kompleks Stadthuys, Melaka. Photo by: @dinataayu

Melaka, kota bagian dari Malaysia, memang menawarkan banyak hal yang menarik, mulai dari lokasi wisatanya, makanannya, orang-orang di dalamnya, bahkan turis long stay yang bisa dibilang sudah lama merasakan kenyamanan di kota ini, beberapa diantaranya pelajar asing namun ada pula yang memang traveler dari mancanagera yang lma menetap di Melaka, di dorm-dorm sederhana misalnya. Sempat terpikir, saat menentukan Melaka sebagai tujuan liburan selanjutnya, pasti nggak banyk perbedaan makanan antara Indonesia dan Melaka. Tapi lepas dari masalah beda atau sama, tetap aku menemukan banyak resto atau makanan - makanan lokal yang direkomendasikan traveler lainnya. Salah satunya yakni Jongker 88 yang mempunya menu best seller es cendol durian, dan asam laksa. Sebelumnya aku pernah makan asam laksa saat liburan di Penang, kali ini aku harus mengalahkan "rasa takut" memakan durian. Aku tak begitu suka durian, bau. Hahaha... dan mungkin begitupula alasan orang-orang yang ngga suka makan durian. Baunya yang menyengat, bahkan mungkin ini satu-satunya buah yang dilarang mauk hotel atau semacamnya karena aromanya yang terlalu menyengat.

Photo by: @DinataAyu

Oke, aku menantang diriku sendiri untuk makan Es Cendol Durian khas Jongker 88. Dan I did it! And I'm okay. Hahahaha...... nggak akan pingsan atau alergi meski bisa dibilang terakhir kali aku makan durian adalah kala SD waktu itu, sempet sedikit ditipu orang rumah katanya buah mahal dan enak, tapi first impression sampai sekarang masih belum bisa "damai" sama durian. Bukan ngga mau makan, tapi better lainnya deh. Kembali ke Jongker 88, aku pesan dua menu, Fishball Noodles & Es Cendol Durian.

Tempat kedua tak jauh dari Stadthuys, yakni warung  Nasi Ayam Hainan. Kalau kalian berjalan mulai Jongker street ke arah Stadthuys, kalian langsung akan ketemu sama satu warung sebalah kiri jalan, yang rame banget, bahkan mulai sebelum makan siang. Warung makan ini akan semakin ramai saat mendekati makan siang (mulai ramai sekitar jam 11 - 1 siang). Tadinya aku sempat lewat warung ini, laper banget waktu itu, tapi liat antrian yang memanjang kayak ngga kuat antri. Tapi setelah berjalan beberapa blok dan ngga nemu yang pas, akhirnya kembali ke tempat ini lagi, mujurlah sudah tidak terlalu ramai seperti sebelumnya.


Riceball Hainan. Photo by @DinataAyu

Aku pesan Riceball Hainan, sama Gurame Asam Manis (menu ini bisa disebut hasil dari miss komunikasi, karena logal bicara pembeli Inggris Chinese, oleh karenanya aku makin pusing asal iya iya aja deh yang penting cepet). Aku sengaja pesan porsi yang kecil, karena mereka akan menawarkan porsi yang lebih besar lagi dengan jumlah riceball lebih banyak. Oh ya, kalau kalian makan makanan halal, memang makanan ini tidak ada pork nya, karena daging yang digunakan adalah daging ayam, tapi si penjual bilang ini ngga halal. Untuk dua menu yang aku pesan tersebut total harga RM 31, belum termasuk minum, karena aku bawa minum sendiri kebetulan.

Gurame Asam Mans. Photo by @DinataAyu

Salah satu list warung makan yang harus kukunjungi yakni, Nyonya Delight. Lokasi ini dekat dengan pantai Klebang, salah satu tempat wisata pantai yang ada di Melaka. Warung biasa, kayak di rumah gitu tapi review makanannya cukup baik, termasuk beberapa menu andalannya seperti asam laksa dan nasi lemak. Hari itu aku pesan asam laksa buat makan siang, sembari menunggu temanku Mike datang. Rencana hari itu, kami mau ke Muar, kota lama yang sekitar 1 jam perjalanan dari Melaka.


Makan siang asam laksa di Nyonya Delight. Foto: @dinataayu

Ceritanya ini nulis nggak pakai durasi. Sekitar jam 1-an aku dan Mike udah sampai Muar. Dia ada urusan kerjas waktu itu, dan aku tinggal nunggu sambil ngopi. Oh ya, Mike ini adalah teman dar Couchsurfingku, dia salah satu host ku di Melaka. Meski dia sibuk kerja, tapi dia nyempetin nganter ke beberapa pantai, dan lanjut ke Muar. Oh ya, di Muar aku sempat mencoba otak-otak ala Melaka. Mungkin bicara rasa tak jauh beda, eh tapi juga karena aku kurang tau standar otak-otak yang bener kayak gimana di Indonesia, tapi memang rasa ikannya lebih kerasa otak-otak di Muar.

Otak - Otak di Muar. Foto @DinataAyu
Makan Lontong Sayur di Melaka
Jadi ada satu warung makan namanya Sayyid Antique. Di sini makanannya enak-enak, pak Sayyid ini menyediakan soto, lontong sayur, dan makanan-makanan yang banyak kita temui di Indonesia. Dijamin halal juga lo makanan di sini. Lokasinya di area Jongker Street cuma perlu sedikit masuk ke gang gitu. Soal harga sudah pasti terjangkau. Oh kenapa dinamakan Sayyid Antique, karena kamu akan menemukan banyak barang-barang antik di warung pak Sayyid ini.


Surga Makanan di Jongker Street
Aku tiba di Melaka tidak pas weekend, jadi aku harus menunggu akhir pekan dulu untuk bisa merasakan euphoria Jongker Street yang katanya banyak sekali makanan-minuman rekomended para traveler. Jongker street kalau akhir pekan udah mirip Sunday Morning UGM, ratusan penjaja makanan, streetfood, dan pernak pernik, oleh-oleh dan lain sebagainya memadati jalan Jongker ini. Mulai sore hari hingga tengah malam, bahkan kadang lebih dari midnight. Semakin kuat suasana Tionghoanya, di gate depan Jongker Street, ada panggung budaya yang mana komunitas Tionghoa di Melaka seringkali mengisi dengan bernyanyi lagu-lagu mandarin.

Nah berikut beberapa makanan yang sempat aku coba di Jongker Street. Jujur, pengen banyak nyoba yang lain, tapi apa daya perut nggak muat banyak. Hahahaha.....


Street food di Jongker. Foto:@DinataAyu

Jus Mangga Asli. Semangga-mangganya sekalian. Foto:@DinataAyu
Aneka sate dan bakso. Foto:@DinataAyu

Egg Oyster. Enakkkk. Foto:@DinataAyu

Dari makanan yang aku coba di Jongker Street, ada satu favoritku, lagi-lagi oyster. Dia cuma kayak direbus gurih pake bumbu gitu, terus dikasih saus khas dan rasanya gurih banget, tapi ngga amis. Harganya bisa dibilang cukup mahal, karena setelah dirupiahkan, 1 oyster ini harganya Rp. 15.000. Nggak papa, nyoba aja, daripada penasaran kan ya.

Oyster enakkk.... Foto:@DinataAyu

Bonus konten!

Jadi, aku bisa enjoy banget sama yang namanya Melaka. Aku terlalu niat untuk berlama-lama disini, 5 hari tanpa move ke KL, atau daerah lainnya. Memang tadinya kalau mampir mau ke pantai Lang Tengah, cuman karena musim penghujan, better aku stay in Malaka sampe puas, sampai kenal ma orang-orangnya, sampe ketemu lagi sama bule-bule di dormi aku padahal aku dah pindah tempet stay dan mereka pun masih inget aku pas papasan di tengah jalan. Feel so great! Pengalaman yang nggak bisa dilupakan. Apalagi, ada pasangan suami istri disana, namanya pak Ram dan Bu Mala yang jadi temen cerita berhari - hari bahkan sempet memasakan menu spesial rumahan mereka.



Ayam bumbu rempah India. Cocol sausnya jangan lupa. Foto: @DinataAyu
Oh satu lagi! Ada beberapa kafe yang ingin aku kunjungi di Melaka, beberapa itu bukan wajib datang, tapi memang pengen merasakan duduk tenant sendiri di kafe-kafe ini, melihat sekililing menulis materi dan merasakan "me time". Ada dua kafe yang aku kunjungi, yaitu Stolen Cup dan Calanthe Art Cafe. Standar harganya juga nggak jauh dari di Jogja kok, ada yang 30ribuan bahkan ada yang ratusan ribu untuk main coursenya. 

The Stolen Cup



Calanthe Art Cafe. Foto: @DinataAyu

Cappucino dengan gula Melaka. Enak! Foto: @DinataAyu

Foto: @DinataAyu


Copyright © 2014 FILOSOFAST

Distributed By Blogger Templates | Designed By Darmowe dodatki na blogi