April 29, 2014

This My Special Sunday, What's Urs?



I Love Fashion, and When I was Appointed As a Judge, it Was Nice....

Minggu kemarin, jadi hari yang bersyukur. Soalnya, aku dikasi kesempatan buat jadi Juri di acara Fashion Show. Bicara soal kategori, ada anak-anak, remaja, dan mothers. Total peserta juga nggak bisa dibilang sedikit, hampir 60 peserta. Acara mulai jam 10 pagi, sebelumnya ada talkshow enterpreneur dan juga tentang beauty class. Sebenarnya bicara soal tema, lomba fashion show ini adalah “Kartini Masa Kini”, baju yang digunakan adalah kebaya, yang mencerminkan Kartini, selain itu juga menggunakan hijab.



Sebelum dan sesudah lomba fashion ini juga ada fashion show untuk pamerin beberapa produk sponsor. Dari kebaya pernikahan, baju formal, bahkan baju casual berhijab. Sempet ambil beberapa gambar Cuma, ada juga yang radak nggak bagus nih kualitas gambarnya alias ngeblur, abisnya mbak modelnya muter kecepetan sih, hehehhe.....

Pada intinya sih, takjub liat koleksi-koleksi kebaya yang indah banget, ternyata baju khas Jawa satu itu, emang ngewakilin keanggunan wanita Jawa. Ni ada beberapa contohnya yang sempet kejepret kamera.








Aspek penilaian di lomba kali ini itu, keserasian busana, kesesuaian dengan tema, dan juga keluwesan model membawakan pakaiannya. Belum tentu juga loh yang baju nya bagus dan mewah bisa menang,  karena yang mewah mewah itu, justru tidak sesuai degan kebaya kartini, dan nggak pas sama tema yang udah ditentukan.

Karena aku duduk di paling tengah dari 3 juri laennya, kebayakan peserta ngadep dan natapnya ke aku, itu radak canggung. Canggungnya bukan karena kenapa, tapi pas pesertanya anak anak, yang radak belum pinter bergaya, dia natepnya kosong, pokoknya muka pocker face, terus kayak ketakutan.



That’s the story about my special Sunday, so what’s ur’s?

April 22, 2014

Happy Kartini Day



Kartini menurutku.....

Tanggal 21 April kemarin, hari Kartini. Kartini yang selama ini aku tau, sosok wanita yang nggak mau mengalah begitu saja pada kodrat wanita yang mungkin salah satunya adalah menikah. Kartini itu, tidak mau berhenti belajar, dia dikisahkan sebagai wanita yang dalam masa pingitnya (karena dia tidak bisa melanjutkan sekolah dikarenakan orang tua menginginkannya untuk menikah) dia terus belajar membaca dan menulis. Hingga pada akhirnya, proses membawanya kepada kesempatan untuk belajar di Belanda.
Dia berhasil mendirikan sekolah wanita di beberapa kota yang diberi nama “Sekolah Kartini”. Kesimpulan dari cerita Raden Ajeng Kartini menurut kacamata aku:

“Jadi wanita itu, harus terus semangat. Tidak pantang menyerah. Kodrat wanita memang sudah punya arahnya sendiri untuk dilakukan, tapi bijaknya, bekerja dan belajar juga perlu diperhatikan. Itu kan bekal. ”

Dan, seperti tahun-tahun sebelumnya, perayaan Kartini, biasanya anak-anak TK, SD, atau tingkat pelajar di atasnya menggunakan pakaian tradisional atau pakaian daerah. Sama halnya di Puri, staff FO, waiter dan waitress nya juga menggunakan pakaian tradisional Jawa, yaitu Kebaya dan Lurik. Memaknai hari Kartini memang beda-beda caranya, tapi bukan menggunakan pakaian tradisional lantas kita bisa tahu maksud dari perjuangan Kartini, bukannya kita juga wanita masa kini. Harusnya tetap paham kan maksudnya:

 “Habis gelap terbitlah terang....”

April 8, 2014

Buat yang Underestimate sama Nasi Merah. Read this!



Tangkal Radikal Bebas Pakai Tameng bernama: NASI MERAH

Kamis minggu kemaren, lepas dari pergi ke media printing, aku sama anak-anak marketing sepakat makan siang di "tempat yang masih dirahasiakan namanya". Katanya itu makanan sehat pokoknya. Biasanya sih kalau makanan sehat, feeling rasanya engga oke, terusan kalo engga ya, semacam sayuran. Finally, sampailah kami ke tempat itu, aduh alamatnya juga engga tau pasti, tapi buat kamu yang ada di Yogya, rute nya sih gampang, dari kampus UII jalan Kaliurang, lurus terus ke utara, pas pokokan itu ada gereja Katholik kan kiri jalan, nah masuk aja di belokan kiri itu, sekitar 1 KM, nanti tempetnya sebeah kiri jalan "Nasi Merah Khas Gunung Kidul". 

Kaaann.. bener kaann.... seumur-umur makan nasi merah aku ini cuma sebates icip aja. Keras, aneh, dan nggak biasa sih lebih tepatnya. Ini malah kepepetnya makan nasi merah, yang mana satu-satunya menu disana. Pesen - pesen - pesen - dan bakpia anget ini pun sampek duluan buat salah satu pilihan ngemil. Kebetulan kami makan siang pas itu, barengan sama sales marketing-nya Grand Zuri hotel yang juga, temen kami. :p

bakpia

bakpia

bakpia

Bakpia-nya ini sekitar 1500-an (moga nggak salah ngitung, abisnya di nota jadi satu semua urusan per-bakpiaan segaban orang). Seringnya di sini, bakpia disajikan anget-anget, dan itu enak. karena juga ukurannya rada gedean, bukan kecil kayak bakpia-bakpia umumnya itu. 

Oke, dan akhirnya, inilah pesanan makan siang kami semua. 

satu bakul nasi merah

lauk banyak pilihan

sambal bawang mantap

Ada nasi merah yang cukup buat bertujuh orang, ada pilihan lauk pauk kayak, ayam goreng, empal, tahu tempe, ati ampela, sesuai selera kamu sih, laennya ada sayur lodeh, dan tumis daun pepaya. Makanan datang, suddenly semuanya sibuk sendiri-sendiri.


serbu makanan

Sampai seporsi nasi merah, sayur, dan lauk ada di piring, masih rada underestimate sama rasanya. Tapi, waktu dimakan, ternyata olahan nasi merahnya engga keras, kayak di tempet nasi merah yang dulu pernah sekedar icip dari porsian temen. Ya, ini sih jauh better, lebih rasanya kayak nasi putih biasa cuman radak lembek gitu aja sih. 

Kata Ratri, nasi merah itu engga bikin gemuk, tapi ternyata engga cuma itu manfaatnya, menurut artikel yang aku baca, nasi merah itu banyak mengandung serat, dan kandungannya itu bisa mengontrol kadar gula darah, jadi bikin kita gampang kenyang juga. Selain itu, nasi merah juga mengandung antioksidan yang dapat menangkal radikal bebas, bisa menurunkan kadar kolesterol jahat plus-nya lagi ada Vitamin B6. 

Bicara soal tempat makan nasi merah, ini tempet sih kayaknya emang tenar gitu, soalnya waktu kita dateng, pas jam makan siang, banyak mobil-mobil parkir di pinggiran jalan, padahal, warung makannya bukan warung makan besar atau restoran, dilihat malah kayak warung biasa yang nggak gitu luas. Soal harga, per porsinya sih enggak bakal lebih dari 20 ribu, kalau dihitung per kepala, mungkin tergantung kamu pake lauk apa. Karena umumnya di sana, nasi merah disajikan sesuai kebutuhan per-kepala, ada sayur, dan lauk pun dijadikan satu. Bisa ambil sesuai kemauan, dan nanti dihitungnya belakangan. 

Itu cerita tentang nasi merah. Mau coba juga...silahkan... :)

dinta & selvi










April 2, 2014

Media Visit: Happy Birthday JAWA POS RADAR JOGJA.


Hei Kamu, Ya Kamu,Selamat 14 Tahun...

1 April 2014 kemarin, Jawa Pos Radar Jogja, ulang tahun ke-14. Di balik acara kunjungan kami, rada seru karena proses pencarian kue yang rada ala-ala, plus tragedi ketinggalan. *ngekek

Jadi, dari hari Sabtunya nih, udah ditentuin dimana mau pesen kue, nah waktu di konfirmasi ke tukang kue, ternyata bisa jadinya siang banget. Oke, niatnya ganti yang laen dong. Tapi, gegaranya kerjaan ini itu, cari tempet kue yang laen itu, kelupaan. Hingga akhirnya, dari x dan y untunglah di hari H sukses. Kue juga terpesan dengan aman dan tentram :D

Selamat ulang tahun, Radar Jogja......

Kita dateng disambut teman-teman media dari Radar Jogja. Kami sih bisa dikata akrab sama media yang satu ini. Sama pak Abdi, sama pak Joko, sama AE nya juga, soalnya kebetulan salah satu AE -nya Radar Jogja, si Eva Fury, teman kami juga. Ini dia penampakannya: 


Di sana, kita malah di jamu sama makanan yang totally, aku pribadi rindu bisa makan jajanan pasar. Seru deh, beberapa jajanan, ditaruh di nampan rajut gitu, pokoknya javanesse banget, dan kita bisa milih mana yang kita suka. Aku sih, udah pantau-pantau mana yang mau aku ambil, toh teman-teman marketing laen asyik ngobrol sama perwakilan direksi Radar Jogja. 


Mau tau mana favorit aku? K-L-E-P-O-N. Makanan ini oldskull banget men, mm.... maksudnya yaa.... lawas gitu. Alias klasik. Itu sempet rada ragu, dari tepung beras atau tepung ketan ya. Warnanya ijo, dan yang seru, ada caira gula jawa di dalemnya. Kalau ngga ati-ati, itu gula bisa "kemana-mana"

Klepon
Kita nggak begitu lama di Radar, nggak ada setengah jam, tapi ber-kontent lah ya. Media visit itu, benernya mau digencarin di bulan April ini. Jadi, lagi sibuk-sibuknya bikin schedule sama teman-teman media lain, "kapan nih ketemuan?"

Oh iya, ini teman-teman narsis dari divisi sales & marketing, Ratri dan Pak Totok. Nah, that's all from media visit to Radar Jogja. Sekali lagi, selamat ulang tahun ke 14. Makin sukses ya....



*Then kami semua bersiap ke Bandara internasional Adisucipto. Mau kemana? engga kemana-mana, just mau naruh materi iklan di Bandara. Sama sekalian beli Roti Boy di deket area bandara. It's called"Sekali mendayung dua tiga pulau terlampaui"

We Wish Someday, We Have 500 Collections of Shoes and Heels



Maybe, This is What Most Women Want.

Katanya enggak cewek kalau engga suka belanja sepatu, heels, flats, wedges, dan semua jenis alas kaki itu. Pada dasarnya cewek emang suka, meski dia tomboy atau feminim. Nggak selamanya cewek yang tomboy terus nggak suka beli sepatu, enggak selamanya juga cewek yang nggak suka dandan itu, terus engga minat punya sepatu atau heels banyak. Ada lah pasti pengen tetep nyoba pake, nyoba beli, tapi ya apa niat hati tetep bakal kejadian cuman kapannya itu yang belom tau. 

Dan sama kayak cewek pada umumnya, aku dan temen-temen, udah kayak "flying high" kalo ke toko sepatu. Senyum lebaaarrrrrrrrrrr dan buru-buru  masuk pilih - pilih mana yang pas, coba-oba ini itu, meski akhirnya keluar tanpa beli apapun (itu sih udah ukup puas yak).

Perginya kapan ceritanya kapan. Jadi, pernah waktu itu, jalan sama temen, salah satu temen namanya Stella, dia doyan kalau diajakin belanja sepatu. Kita pernah niatan nemeni si Stella cari heels di Payless, udah sampai ke daerah antah berantah itu, si doi nggak jadi beli, gegaranya masih mau pantau brand laennya. Banding model ama banding empuk kali ya... (padahal menurutku sih, dari 10 sepatu yang aku coba di Payless, 9 diantaranya empuk dan yummy banget di kaki. Entahlah apa yang Stella cari selain itu). 

Alhasil, malah aku yang kecantol di "little things she needs", oke deh, belanja flat shoes akhirnya. *lapar mata detected. Dia ini suka bener pokoknya pilih-pilih bahkan, yang store-nya belum tentu ada di Jogja, dibela-belain kesana buat kejar sepatu favorit doang. :) Kadang bikin temen-temen laen, lebih khilaf belanja daripada dia sendiri. Itu point engga adil-nya -______-

Hingga pada suatu masa, kami berjuang menentukan pilihan.



Umumnya toko sepatu, kanan kiri kami si buaanyyaak sekali sepatu, model kayak manapun. Yaaaa.... andai itu punya kami semua. :D :D

Thank you for reading... :p 

Signature Chocolate by CALAIS: Perfect Evening


Mengawali Liburan Panjang Akhir Bulan, Bersama CALAIS.

Sabtu kemarin, lagi pengen nyobain pure coklat-nya CALAIS, tempet nongkrong yang berlogo kumis ini, kalau di jogya, tepatnya di daerah kotabaru. Emang di tempet ini lebih banyak pilihan beverages-nya, makanan lebih ke snack and kudapan aja sih. Cuma, sama kayak pas di tempet-tempet nongkrong sejenis CALAIS ini, aku nggak pernah ganti menu: Signature Chocolate. Chocolate – Chocolate – Chocolate.

Sore, ditemeni gerimis yang akhirnya berkembang jadi ujan deres, aku ke CALAIS and sekitar jam 3 an sore, mas Bayu, mantan HRD aku jaman kantor kapan taun, udah di lokasi. Ceritanya ni hari sekalian mau tanya-tanya soal bakat aku jadi wiraswasta. Waktu awal ngobrol pun si doi langsung nyangkut, 
“jangan-jangan karena abis training how to be outstanding sales, makanya kamu pengen wiraswasta?”. 
Ahhhhhhh..... enggaklah... (jawab aku dalam hati...dan mulut.) 

Oke, tapi aku nggak bakalan ngomongin apa tema wiraswasta atau yang laennya di sini,  aku lebih ngomongin tentang CALAIS.

Bicara soal CALAIS, konsep tempet ini santai, di reka kayak garden/outdoor di pinggiran France, soalnya kita bisa liat wallpaper menara Eifel plus replika Eifel nya di dalem cafe. Kenapa aku bilang konsepnya kayak garden? Karena selain kursi-kursi yang dipilih cuma similiar kayak kursi taman, atau kursi cafe perancis yang dari kayu gitu, ada di beberapa sisinya pohon-pohon (palsu sih bukan tanaman hidup beneran) yang nambah kesan bahwa itu di luar ruangan.


Sembari tengok  ke luar jendela liatin ujan yang makin malu-malu, aku masih seru cerita, maklum kalau udah ketemu kawan, sudah kayak dari A-Z yang bisa jadi bahan pembicaraan. Termasuk dikit-dikit, sok berimajinasi “Waaaahhhhhh..... di sini anginnya kenceng ya...”  *ngerasa di Eifel beneran. Nggak yakin juga angin di Eifel beneran sekenceng apa. :D



Sore jadi makin perfect, waktu pesenan kami sudah dateng, nggak beda : Signature Chocolate. Ini pure chocolate banget, rasanya lekat gitu, meski nggak se-pekat dark choco-nya sih. But, its like heaven. Enak – Enak – Enak. *Kayak orang udik kami sesaat. Kalau kalian pengen nyoba juga menu minuman ini, dengan rasa yang begitu lezatos sih, 25 ribu per cup nya tetep kerasa worth it. Sembari nunggu JPBB alias – Jam – Pas – Buat – Balik, ngemil aja juga lah.
yang dipoto malah yang udah abis :p
Dan tetep terima kasih mas Bayu atas foto saya yang nampak gorgeous ini: :D *sumringah


Fine, awal weekend aku diawali dengan CALAIS, masih menunggu apa yang akan aku lakukan Minggu – dan Senin (karena Senin juga masih hari libur). Yayyyyy............

Copyright © 2014 FILOSOFAST

Distributed By Blogger Templates | Designed By Darmowe dodatki na blogi