December 28, 2018

SUKA DUKA LIBURAN DI MELACCA


"Time moves in one direction, memory in another."
- William Gibson




Hai!
Aku terlalu sering memulai kalimat pembuka dengan kata Hai, bahkan saat aku bingung harus membuat caption apa di Instagram. Okey, anggaplah thats the easiest way to start everythings, termasuk postingan blog kali ini. Awal Desember 2018 lalu, aku akhirnya punya kesempatan ke Malaysia lagi setelah beberapa kali datang, dan akhirnya punya cukup waktu buat lanjut Solo Travel ke Melacca, sebuah kota yang tidak terlalu besar, jaraknya sekitar 3 -4 jam dari Kuala Lumpur (depends on traffic).

KENAPA MELAKA?
Beberapa teman bertanya tentang hal ini, kok ke Melacca? Ngapain ke Melacca? Mang ada yang bagus di sana? dan segala pertanyaan sejenis, kayak "Melacca itu, saking g banyak yang bisa di explore, palingan juga kelar 2 hari. Hal ini, sama sekali tidak membuatku ragu untuk membereskan seluruh preparation ke Melacca. Secara, aku juga butuh liburan ke suatu tempat yang tidak terlalu ramai, tidak terlalu "sulit" medannya. Sebelumnya sempat tepikir untuk liburan ke Krabi - Thailand, tapi setelah membuat pertimbangan ini itu akhirnya aku memutuskan 5 hari menghabiskan masa liburanku di Melacca, sebuah kota peninggalan portugis di Malaysia. Aku sempat tertantang, kayak apa sih ni kota, sampe orang - orang bilang, ga banyak yang bisa aku explore di sini. Nice. Itu dah kayak kasih tantangan tersediri bukan.

Museum Stadthuys
Kurang dari dua bulan aku beli tiket dan urus perihal akomodasi dan itinerary. Oh, kayaknya malah cuma sebulan, karena bisa dibilang ini adalah liburan ter-last minute -ku sepanjang sejarah. Lebih dari 20 lokasi yang ingin aku datangi termasuk juga cafe dan kedai makanan yang menurut info itu cukup terkenal dan makanannya pun enak.

Perjalanan ke Melacca
Aku naik Air Asia direct dari Yogyakarta. Dari KLIA2 naik bus ke Melacca Sentral, sekitar 3 jam. Ada kendala? Ada. Hahahaha..... Karena kebetulan aku perbangan siang ke malam, jadi aku akan diprediksi landing di KLIA2 pukul 9 malam (belum pakai muter - muter KLIA2 karena harus lewat imigrasi dan lain sebagainya). Dari web yang aku liat tentang jadwal bus, menginfokan bahwa bus terakhir adalah pukul 21.30 waktu Malaysia. Oke, berarti aku hanya punya waktu  30 menit sampai ke Terminal Bersepadu Selatan (TBS) yang ada di kompleks KLIA2 tepatnya turun 1 floor dari arrival gate. Apa saja yang harus aku prioritaskan waktu itu:
  1. Ngebut proses di Imigrasi (jangan sampe aku mampir - mampir dan bikin ada di atrian panjang Imigrasi). And I did it! Ini adalah rekor tercemerlang-ku karena ada diurutan pertama antrian imigrasi KLIA2 setelah lari kocar - kacir paska landing. Sampe pengen pipis aja ditahan bentar, dimasukin lagi ke kandung kemih, dijagain sampe ntar lebih aman sikonya. Hahaha!
  2. Beli simcard. Koneksi internet adalah hal yang sangat penting untuk traveling saat ini. Kamu bisa pesen taksi online, bisa liat GPS, bisa liat informasi yang sekiranya kamu butuhkan saat perjalananmu. Kebetulan, aku keluar dari arrival gate pukul 21.05, pesawat landing 10 menit lebih awal, jadi punya waktu cukup untuk lari -lari ke imigrasi dan urus beli simcard yang ada tepat di depan pintu keluar. TAPI, apalah arti namanya apes tak terhindarkan. Aku sampai ganti nomor 2 x di tempat jual simcard karna katanya kuotaku kok ga bisa keload dengan sempurna. Padahal perlu waktu sekitar 5 -7 menit untuk registrasi kartu itu, cek passport dllnya. Aku liat jam dan ternyata aku cuma punya waktu 5 menit lagi ke TBS, akhirnya aku minta batal proses simcard. Sebel sih, karena kayak merasa sia - sia dah berhasil keluar imigrasi cepet tapi tertahan di simcard corner.
  3. Pesan tiket bus di TBS. Namanya dimudahkan, untunglah masih ada jadwal bus paling terkahir yakni pukul 22.15. Oke meskipun nanti imbasnya akan sampai ke bab check in hotel. Tapi ya sudahlah yang penting jalan dulu. Jangan lupa perhatikan betul jam keberangkan bus, dan kode bus, serta shelter yang sesuai agar kalian ngga salah nunggu. Lokasi "mangkal" bus ini tepat di pintu keluar TBS.
  4. Gunakan grab. Aku naik grab dari terminal Melaka Sentral, ke hotel - eh lebih tepatnya backpacker hotel (karena kali ini aku memilih stay di dormitory bule - bule gitu ga jauh dari Jongker Street). Dari Terminal ke hotel, biaya grab cuma 7 RM sahajaaa.. Murinda! (Murah, nda!).
Oke, aku akan cerita lengkapnya tentang cerita di masing - masing lokasi wisata pada postingan selanjutnya. Kali ini betul -betul cerita tentang pengalaman tak terlupakan di Melaka yang mungkin kalian perlu tahu. Perjalananku dimulai di hari kedua (secara karena hari pertama isinya full perjalanan dri Yogya ke Malaysia, lanjut Malaysia - Melaka).

Tiket bus dari KLIA 2 ke Melaka Sentral

SUKA DUKA JALAN KAKI
Jalan dari hotel ke Jongker Street buat cari makan sekaligus explore museum Stadthuys dan sekitarnya. Aku memilik kemana-mana jalan, dalam area ini kamu tetap akan dimanjakan dengan suasana kota yang asik, klasik, unik, dan khas sentuhan peranakan. Memang, meskipun Melaka kuat peninggalan Portugis, tapi banyak juga arsitektur diwakili gedung - gedung bergaya peranakan. Salah satu lokas wisata di sini yang kuat khas peranakan yakni Museum Baba Nyonya. Museum ini menandai sejarah peranakan dimana dulunya ada masyarakat lokal (pribumi) yang menikah dengan keturunan Cina, maka anaknya disebut Baba (untuk pria) dan Nyonya (untuk wanita). Opsi lainnya selain jalan kaki, pastinya sewa sepeda atau Grab. Oh iya, kalian juga boleh banget mencoba asyiknya naik Beca (mirip becak kalau di Indonesia), kendaraan lokal yang lengkap dengan hiasan dan lampu warna - warni, bahkan dengan lagu - lagu hitz yang dimainkan keras melalui speaker yang ada di Beca. Kota ini termasuk aman, mau aku pulang malam (dan bahkan dini hari) aku masih aman sampai hotel. tapi tetap ya, kalau kalian Solo Travel sepertiku, meskipun banyak referensi daerah itu aman, tidak jamin kejahatan atau pelecehan tidak muncul. Kalian tetap harus berhati - hati, gunakan intuisi, selalu waspada dan memang better jangan suka improvisasi masuk gang - gang sepi. Meskipun aku sempat mengalami lewat jalanan sepi di Melaka,tapi aku tetap lewat jalur utama.

Kompleks Red Building

SUKA  DUKA MAKANAN DI MELAKA
Ingat! Bagi kalian yang liburan ke Melaka dan benar - benar ingin makanan halal, tak ada salahnya kalian menanyakan dulu makanan yang ingin kalian makan apakah bener - bener apa engga. Karena tidak selalu makanan yang tidak mengandung daging pork secara langsung, tapi dia menggunakan minyaknya. Ada beberapa makanan halal di Jongker, salah satunya di Sayyid Antique, boleh seacrh di google. Makannya ada soto, lontong, nasi lemak, dan beberapa pilihan minuman yang nikmati, dijamin halal. Oh ya, pilihan lainnya kalian bisa ke Jongker 88, itu famous pisan di sana. Bisa pilih asam pedas, berbagai mi lezat dan kamu juga bisa nyoba es cendol durian. Aku pecinta mi, pengen banget coba wantan mi, tapi apa daya, memang tidak boleh dimakan, karena hampir semua wantan mi itu tidak halal. Oke baiklah!

Sarapan di Jongker 88. Mie Bakso Ikan

SUKA DUKA CUACA DI MELAKA
Oke benar, bahwa Desember bukan waktu yang bagus buat datang ke Kuala Terengganu, lokasi kedua yang rencananya akan aku datangi setelah 2 hari di Melaka (tadinya). Tapi karena info dari beberapa teman di Couchsurfing bahwa pulau Lang Tengah dan pulau Redang di Kuala Terengganu di tutup selama Desember - Februari karena cuaca di waktu tersebut kurang baik, jadinya aku memilih stay di Melaka. Dan jangan sedih, di Melaka juga tetep hujan anyep - anyep gitu tiap hari. Meskipun syukurlah 3 hariku di sana cerah, 2 hari ujan. Cerah dalam hal ini, ada masa dimana aku bisa aman explore lokasi wisata, meski sorenya tetep ujan, atau paginya di awali ujan. Jangan lupa untuk bawa payung kemanapun, paling nggak kamu nggak akan kerepotan saat hujan mulai turun sedangkan kami masih berada di lokasi yang tidak memungkinkan untuk berteduh.

SUKA DUKA HOSTEL DI MELAKA
Aku akan cerita tentang dua lokasi hostel backpacker yang aku gunakan. Biasanya dari jauh- jauh hari, aku cari dulu beberapa hostel yang memang review nya bagus, ratingnya oke, dan yang pasti review google nya dan komen usernya meyakinkan. Kedua dari look nya harus udah feel in duluan. Salah satu hotel yang aku gunakan adalah Ringo's Foyer, hanya 5 menit dari Jongker Street jalan kaki. Aku suka banget sama hotel ini, karena murah, simple (bed-nya ada kotak gitu, mgkn bisa kayak cabin hotel kali ya nyebutnya), terus lokasinya dekat kemana - mana, khususnya ke Jongker Street, semua yang tinggal di sini (yang mana 100%) juga baik - baik dan ramah, apalagi Daniel, yang jaga hotel. Kamar mandi bersih dan lingkungan cukup tenant dan menyenangkan.



Hotel backpacker kedua yang aku gunakan di dua malam terakhir adalah The Bunk  By Olive, nah ini kalo jalan kaki ke Jongker mayan jauh, ada sekitar 10 -15 menit. Makanya waktu pindah hotel, agak sedikit penyesuaian ulang, dari lokasi yang cozy ke lokasi yang dekat dengan jalan raya, yang setiap malam masih denger suara bus, kendaraan melintas. Tapi nilai plusnya dari hotel ini adalah bersih banget, kamar utama, dan ruang tamu di kasih karpet bersih, ada pula dapur, ruang santai, ruang makan yang lantainya kinclong buanget. Kamar mandi juga nyaman, hot water ada dan lancar, pada intinya dua hotel ini menyenangkan, ga ada yang bermasalah, hanya saja kendalanya lokasinya yang satu dekat, yang satu agakjauhan dari Jongker Street. Bicara rate harga, Ringo's Foyer lebih murah dari The Bunk by OLive, salah satu faktornya adalah karena Itu aja sih.

Thats all! Kalau kalian masih ingin dan perlu tau beberapa hal seputar liburan Melaka, leave comment di bawah ya. Kadang suka bingung kalau menulis yang diluar moment terbaik atau terkonyol. Siapa tau ada hal - hal penting yang terlewat untuk diceritakan.











Copyright © 2014 FILOSOFAST

Distributed By Blogger Templates | Designed By Darmowe dodatki na blogi