October 7, 2014

#WonderfulYogyakarta : Dari Kraton Jogja Menuju ke Pulo Cemeti

Yuk, Kembali Bernostalgia di Jaman Lawas!



Siapa bilang wisata budaya itu menjemukan? 

Biasanya kalau kita disuruh datang ke lokasi wisata untuk refreshing,  secara general ada dua pilihan,  ke gunung atau ke pantai.  Padahal,  di antara gunung dan pantai itu terbentang banyak pilihan lain yang mungkin kita kesampingkan.  Kadang siapa sangka lokasi wisata agama,  tempat bersejarah,  makam pahlawan,  bahkan tempat-tempat budaya salah satunya museum,  adalah tempat tujuan wisata yang sarat histori masa lampau.  

Wajar sih kalau lokasi tersebut di pandang sebelah mata bagi beberapa orang,  dan termasuk saya,  pada awalnya.  Tapi,  hari ini saya dan teman saya Riana tanpa banyak basa-basi dan rencana,  datanglah ke beberapa lokasi wisata budaya dan sejarah.  

Kita mulai dari Kraton Yogyakarta.

Kami berangkat Sabtu,  4 Oktober lalu,  dan sayang sekali,  area Kraton tidak dibuka untuk umum dalam rangka hari Idul Adha yang jatuh pada hari Minggunya.  Oke,  tapi kami tidak patah arang.  Akhirnya kami melihat-lihat area luar Kraton dan melanjutkan perjalanan ke wilayah pemukiman warga yang ada di samping Kraton,  yakno Jalan Kasatriyan,  Kraton Yogyakarta.  

Pohon rindang dan hijau di sekitar Kraton Yogyakarta


Pemandangan area luar Kraton Yogyakarta

Salah satu rumah hijau yang ada di kompleks Kasatriyan

Area jalan Kasatriyan, Kraton Yogyakarta

Kompleks ini sungguh asri,  tenang,  dan beberapa rumah masih desain lawas jaman lampau,  jadi sekilas kami bisa ingat Yogyakarta di masa lampau.  

Hari itu banyak juga beberapa wisatawan asing yang melihat lokasi luar Kraton,  dengan melihat pemandangan dan arsitektur kraton dari luarnya saja,  sepertinya sudah cukup jadi obat kecewa mereka karena ditutupnya Kraton pada hari itu. Saya sempat mengambil beberapa foto di sana,  termasuk kesempatan baik berfoto dengan Bapak Mulyono yaitu abdi dalem Kraton.  
Bersama abdi dalem Kraton, Bapak Mulyono

Pemandangan di luar kraton, bangku taman dengan pepohonan yang rindang.

Tujuan selanjutnya, Pulo Cemeti.

Setelah kurang lebih satu jam saja di wilayah Kraton,  kami kemudian melanjutkan perjalanan ke pasar Ngasem,  dan area pulo Cemeti. Jarak dari Kraton ke pasar Ngasen hanya 5 menit ditempuh dengan kendaraan pribadi.  Sampai di lokasi,  Riana yang bisa dikata jarang jalan-jalan wisata seakan takjub dengan tampilan pulo Cemeti yang dari kejauhan sudah terlihat tembok khas peninggalan masa lampau itu.  Masuk ke area pasar Ngasem dan pulo Cemeti tidak dipungut biaya tiket masuk.  Jadi tenang saja,  mungkin hanya dikenakan biaya parkir kendaraan saja.  
Inilah tampilan tembok Pulo Cemeti dari pintu masuk Pasar Ngasem

Bangunan lawas, kaya nilai budaya

Pulo Cemeti Yogyakarta
 Setelah puas melihat indahnya peninggalan budaya ini,  kami menghabiskan waktu sore di sebuah cafe sederhana di area pulo Cemeti.  Cafe Water Castle namanya,  dikelola dari rumah warga sekitar yang ditata sedemikian rupa,  denfan cantik dan ada beberapa barang seni di dalamnya sepertu lukisan,  topeng,  perlengkapan rumah dengan gaya lawas,  dan tentunya pemilik cafe yang sangat ramah. Tulisan tentang Water Castle cafe segera akan dipublish. :)

Itu sekilas tentang Kraton dan Pulo Cemeti. Tunggu kisah serba - serbi Yogyakarta dalam posting selanjutnya. Penasaran tentang benteng Vredeburg dan apa saja yang bisa kalian temukan di Mirota Batik Yogyakarta???  

Follow my trip on #WonderfulYogyakarta…..

No comments :

Post a Comment

Copyright © 2014 FILOSOFAST

Distributed By Blogger Templates | Designed By Darmowe dodatki na blogi