September 30, 2017

AYUTTHAYA PART 3: WAT PHRA SRI SANPHET

"Life is wonderful beautiful journey. Every episode of my life is like a dream, and I am at peace and happy with what life has given me."
- Laura Harring



Aloha!
September bulan baik, katanya.
Bulan September juga seringkali jadi bulan pilihan di beberapa lagu, contoh; September Ceria, September songs-nya JP Cooper, dan lain sebagainya. September ini juga jadi bulan baikku, karena aku lebih produktif menulis dibandingkan bulan sebelumnya. ((Hahaha)). Sembari mendengarkan beberapa lagu favorit di list Spotify, kali ini aku akan menulis tentang kelanjutan perjalanan aku di Ayutthaya, Thailand beberapa waktu lalu.

Dok. Pribadi Instagram @dinataayu

Di bagian ketiga kali ini, Wat Phra Sri Sanphet menjadi satu lokasi yang akan aku bahas mulai dari perjalanan ke sana, hal - hal menarik di dalamnya, biaya masuk dan lain sebagainya. Satu hal yang perlu kalian tahu, pada blog spot sebelumnya, aku sempat bercerita bahwa cuaca panas Thailand dan dehidrasi sempat menjadi kendala karena aku sempat kena serangan migrain dan mual - mual. Hal ini mungkin kurang sarapan pagi cukup, padahal harus full beraktifitas di luar ruang, di tengah hari yang panas, aktif berjalan, dan semacamnya. Wat Phra Sri Sanphet menjadi lokasi terakhir yang aku kunjungi di Ayutthaya bersama adik iparku, Ima.

Aloha! Dok. Pribadi

Menunju Wat Phra Sri Sanphet
Ayutthaya bukan kota yang besar, bisa dibilang tidak se-metropolis Bangkok. Jadi kamu bisa ekplore kota ini cukup satu hari, atau mungkin dua hari jika ingin mengunjungi seluruh lokasi wisata dan tempat makan ternama. Tranportasi yang digunakan menuju Ayutthaya (yang paling terjangkau) adalah kereta. Kamu bisa naik kereta menuju Stasiun Ayutthaya, dan dari Stasiun Ayutthaya ke Wat Phra Sri Sanphet kamu bisa menyewa Tuk - Tuk, Songthaew, motor, sepeda (kalau betah panas lo ya), atau bisa merasakan keseruan naik gajah, Kami menyewa Songthaew, selain lebih cepat dari lokasi satu ke lokasi lainnya, lumayan ada atapnya, jadi tidak langsung terkena paparan sinar matahari Thailand yang sooo hoot itu.


Tiket Wisata Wat Phra Sri Sanphet
Setelah kembali dengan badan yang bugar (karena habis makan siang, dn basuh - basuh muka after mual - mual karena dehidrasi), "akhirnya Susi kembali ceria!" Hahahaha..... Songthaew mengantar kami ke Wat Maha That, skitar pukul 13.00 waktu setempat, sehingga kami hanya punya waktu kurang dari dua jam sebelum jadwal kereta kembali ke Bangkok. Kendaraan tidak diperkenankan parkir terlalu dekat, mengingat ada ruang parkir sendiri.

Dok. Pribadi

Di lokasi ini, kamu bisa juga mencoba menaiki angkutan tradisional yakni gajah Thailand yang akan mengelilingi kompleks sekitaran Wat Phra Sri Sanphet (mengingat masih ada beberapa candi lainnya di sekitar kompleks wisata ini). Sebelum masuk lokasi, kami membeli tiket dahulu seharga 50 baht. Kali ini bermodalkan payung yang dipinjam dari driver Songthaew (yang belum sempat berkenalan), akhirnya kami enjoy beberapa sudut candi Wat Phra Sri Sanphet (lebih tepatnya, menikmati lokasi wisata sembari duduk di tempat teduh, kwkwkwkwk!!!).

Dok. Pribadi. Kompleks Wat Phra Sri Sanphet

Apa saja yang menarik di Wat Phra Sri Sanphet?
Seperti yang pernah aku infokan bahwa dominasi lokasi wisata di Ayutthaya adalah candi ataupun peningalan reruntuhan bersejarah jaman kerajaan Ayutthaya di masa lampau. Sama halnya dengan Wat Phra Sri Sanphet, kamu bisa menemukan reruntuhan candi, bedanya ada satu lokasi tempat ibadah sebelum masuk ke kompleks candi. Siang itu, sedang ada peribadatan umat Buddha, sehingga kami beberapa kali melihat biksu melintas di dalam kompleks candi dan di lokasi ibadah. Musik - musik khas doa - doa juga terdengar, membuat suasananya "Thailand banget".




Di sini, kamu masih bisa menemukan jajaran pohon untuk berteduh, dan juga candi - candi kecil yang berlokasi dekat pepohonan rindang, jadi lumayan untuk rehat dari suasana siang yang panas (lagi - lagi nyebut cuaca). Sebenarnya, tidak hanya di dalam kompleks candi, namun kamu sudah bisa menikmati pemandangan indah, di taman - taman jalur masuk ke candi. Pepohonan, bunga - bunga, bahna benteng masuk candi jika dari luar kelihatan epic jadi background foto.

"Bukan model Vogue" - Dok. Pribadi




Sekitar satu jam kami di lokasi Wat Phra Sri Sanphet, akhirnya kami bersiap pulang. PR adalah jalan dari kompleks utama ke lokasi parkir babang Songthaew. Cerita sedikir tentang babang driver Songthaew, dia termasuk driver yang cooperative, rajin ngajak obrol kami, karena dia cukup memahami bahasa Inggris, meski orang Thailand. Setelah itu, ada beberapa kata dalam bahasa Indonesia dia juga memahami, jadi karena hal ini kami juga tidak sungkan meminta pendapat tentang lokasi wisata yang recommended bagi turis (daripada harus mendatangi total semua lokasi).


Siang itu, babang Songthaew memberi kami buah nanas potong (yang segar - kayaknya - karena ngga sempat kami foto). Aku bukan penyuka nanas, jadi tidak mencicipi langsung, Beberapa buah di Thailand yang paling iconic yakni nanas, mangga, kelapa muda, dan durian. Meskipun di Indonesia jenis buah ini juga ada, namun rasa dan tingkat kesegaran (kelapa muda, khususnya) masih un-explainable, bisa  beda. Penasaran bukan?

Let's travel to Thailand!


Tulisan ini telah dipublikasikan di Detik Travel, 8 Desember 2017:
https://travel.detik.com/dtravelers_stories/u-3555764/kuil-dengan-ratusan-patung-buddha

No comments :

Post a Comment

Copyright © 2014 FILOSOFAST

Distributed By Blogger Templates | Designed By Darmowe dodatki na blogi