February 10, 2022

HUJAN SELASA MALAM

Hujan Selasa Malam

Tentang Semenarik itukah Hidup?


Tepatnya Selasa malam lalu, kejebak sama riuhnya ibukota yang benernya udah nggak terlalu ramai kayak biasanya. Cuman, gegara kamar hotel aku langsung ngadep sama gedung tua dan udah ga kepake lagi, semaleman cuman bisa tutup jendela, biar ngga tetiba ada yang merambat ngetok-ngetok kaca jendela. Oke, long story short lah ya, baru kesadar bahwa yang namanya cerita hidup orang tu warna warni banget, pake banget udah deh ya. Dari kisah temen-temen, orang kantor, mungkin juga aku sendiri, ada banyak dari mereka yang masalahnya paling berasa gede, ada yang bisa cuek bebek kayak ga ada apa apa dan lain sebagainya. 

Semalem, berarti seminggu setelah aku terjebak dalam nostalgia di balik gerimis, aku mengirimkan pesan whatsaapp kepada salah satu temanku, Icha namanya (anggap aja gitu). Aku bilang terima kasih karena dia, udah cukup banyak berjasa dalam dua tahun kehidupanku. Demikian juga mengucap makasih sama Wawan (hahaha ya anggap aja namanya gitu, karena biar orang-orang mikir Wawan ini biasa aja). Wawan ini juga udah temen dari 12 tahun lamanya, dan kadang ya sadar ngga sadar dia dan lingkungan Wawan, udah melindungiku dari hal-hal yang tidak menyenangkan. Udah kayak bodyguard iya, sopir iya, kakak iya, pelawak iya, dan lain sebagainya.



Icha (yang ilmu agamanya oke banget itu) pernah bilang, "Allah tidak melihat mana yang paling benar mana yang bersalah, manusianya akan tetap dibersihkan dan diingatkan dengan caraNya. Saat kita berhasil ikhlas, maka hal yang baik akan datang bertubi-tubi,"

And it's happen!
Ayahku pergi adalah ikhlas terbesar yang harus diterima, lepas daripada orang-orang jahat lainnya, ga akan mengalahkan bagaimana sangat pedih kehilangan hero kayak ayah sendiri. Ya kan...? Tapi namanya doa orang tua itu bisa menembus langit, sekarang kemudahan-kemudahan dan segala bentuk rejeki datang.

Mulai nata prioritas, selesaikan urusan sendiri & keluarga, bukan menyelesaikan urusan yang menyangkut orang lain. Menghilangkan kebencian, menghilangkan dendam, dan membiarkan Tuhan bekerja pada nasib mereka.




Kayak hari ini, aku duduk di sebuah ruang yang segera akan kutinggalkan dalam waktu dekat. Mengembangkan diri, meraih mimpi, dan fokus pada apa yang menjadi tujuan bertahun-tahun lalu, gabung di sebuah mall yang cukup hype di Jakarta. Baik banget ya Tuhan itu, berdoa dapat karir bagus, dikasih, dulu pengen ngarasain jadi manager, dikasih juga, sekarang dikabulkan untuk kerja di ibukota, di mall pula, jadi section head pula. Dikasih inner circle yang ga perlu banyak tapi supportive, dijauhkan dari orang-orang toxic yang suka manfaatin orang, dijauhkan dari manusia penggosip atau penjulid, dan semua pesakitan itu dibayar tuuuuu-nai!

Back to the power of "Law of Attraction", semesta akan mengiyakan harapanmu.

October 15, 2021

Learn From Tony Stark: "We all have a second change!"

LIFE JUST LIKE MAGIC


Tau Tony Stark?
Okelah, Robert Downey Jr. Beberapa waktu terakhir, berita-berita dan perjalanan hidupnya ke-highlight di sosial media (bukan karena berita baru, bukan) Ada beberapa pecinta Marvel yang bikin fan video soal Tony. Singkat kata, mungkin tidak hanya Robert, masih banyak kisah lainnya, hanya saja dia adalah satu contoh nyata yang memanfaatkan "kehidupan" kedua setelah "kematian"-nya yang berulang-ulang. Flashback sebentar, belum genap 10 tahun dia udah tau yang namanya narkoba dari sang ayah, teenagers ga kelar juga nakalnya, kecanduan obat-obatan terlarang sampai ancur hidup dan karirnya. Masuk penjara, udah kayak hal yang biasa, dan bahkan bicara karir, ngga ada produser film manapun yang mau kerjasama bareng Robert. Hingga pada akhirnya dia berada di turning point-nya dia untuk membuang seluruh narkoba-nya dan berusaha "hidup" kembali. Waktu itu, memang lagi ada kesempatan buat casting Iron Man - tapi lagi-lagi awalnya tim filmpun juga ngga mau kerjasama dengan Robert karena you know why lah ya. Pada akhirnya "kesempatan" kedua kembali menjadikan Robert kembali hidup melalui Tony. Iron Man saves Robert! Merinding sih kalau inget lagi ceritanya, sampai jadi aktor dunia dengan bayaran termahal, membintangi 10 judul film Marvel (Marvel doang ya, belum yang lain) dan segala-segalanya yang ga bisa aku tulis satu-satu.

Poinnya gini:

Ya, mungkin 3 - 4 bulan terakhir, sebagai pendengar pasif aja (karena cerita ini juga didapatkan dari cerita orang-orang terdekat, meski bukan secara langsung cerita mereka). Ada yang hancur karirnya karena selingkuh di kantor dan diviralin istri sah-nya, ada yang jadi simpenan (dan mau dengan ikhlas jadi orang ketiga - ngga tau sih kalau ternyata dia yang keempat atau kelima), ada yang belum lepas dengan alkoholnya (bukan karena pesta-pesta, kadang hanya duduk diam atau bercerita sembari nungguin tipsi biar jadi waktu yang tepat buat bisa curhat sama temennya yang lain), cerita-cerita yang beragam banget yang mungkin nggak akan bisa kucerna semuanya tentang asal muasalnya gimana. Intinya gini sih, aku punya trust issue, tapi aku bisa dipercaya dalam poin curhatan orang - bukan karena aku sebegitu sucinya untuk tidak membeberkan cerita orang dan jadi bahan gibahan, tapi lebih kepada aku bukan karakter orang ribet yang punya banyak waktu untuk mengurusi kehidupan orang atau dosa-dosa mereka. Mau cerita silahkan, ngga yaudah. Mau temenan silahkan, ngga temenan ya silahkan, ya semacam gitulah. 

2020 - 2021, is the best year that God show their true colour? (istilahnya)

Mana yang baik, mana yang ngga baik, mana yang temen cari benefit, tapi kemudian sebagai manusia sosial pada umumnya, yang cukup dewasa; The true winner is: ngga perlu lagi merespon semua hal. Ngga update status buat nyinyir, ngga bikin story buat menyampaikan kesedihan atau semacamnya, atau bisa minum teh anget di tengah Kawa-Kawa, misalnya, bisa milih untuk pamit tidur duluan daripada lanjut kemana-mana, lebih pada sejauh mana bisa kontrol untuk berlawanan arah selama tau itu yang terbaik buat kita. The true friend, will understand, yang ngga paham, berarti bukan surrounding yang bagus, gitu aja udah gampangnya.

Less than 1 year, semua yang udah jadi big wishes aku bertahun-tahun silam dan setiap rencana dari cerita kesuksesan di balik usia tertentu, bener-bener kejadian nyata sekarang. Dan kadang buat nyampai ke titik ini, kamu ancur-ancuran dulu, "dipaksa" resign dari kantor entah Tuhan kasih alasan apapun lah pokoknya diajak keluar dari titik sekarang, untuk tidak terjebak nyaman. Kalau ngga dikasih "paksaan" mungkin aku hanya bakal jadi kayak kemarin-kemarin aja, sih. Dan, tidak perlu banyak orang tau prosesnya kayak gimana dan kok bisa, mereka tidak mudah mencariku di sosial media, mereka ngga akan mudah nyari background pekerjaanku di Linkedin, mereka ngga akan bisa membayangkan berapa gajiku sekarang, siapa lingkunganku saat ini, (biarkan mereka tau sebatas mereka harus tau), seseru itu sih pada akhirnya. 

Life is just like magic! Yeach its true. Jika memang ada yang pernah diambil Tuhan darimu, kamu ditukernya banyak banget. Tadi aku pikir ya kata-kata ini hanya sebatas bahasa motivasinya Mario teguh, tapi pas happened in my life, trully fully; God! Thanks, sudah dikasih lebih-lebih dari yang aku minta.

Sekarang, menata rencana lagi untuk mimpi-mimpi besar yang pernah ke-pending; New York misalnya. Ahhh, Matera -Italy, atau yang penting, beres dulu perihal pandemi dan bisa selalu sehat udah cukup deh. Kemana-mananya nunggu ngga ribet.

Thank you for the happiest year of my life.

October 1, 2021

PEREMPUAN

Tulisan Tanpa Judul




"Mba, ada yang ingin saya sampaikan,"

Awalan seperti ini bukan kali pertama, saat rekan kantor mendadak minta waktu, untuk bicara empat mata. Tarohlah mereka adalah para wanita, pejuang-pejuang hebat yang aku pikir menanggung beban dilema terberat dalam berbagai peran yang mereka lakukan. Baru-baru ini juga, rekan kerja saya ini berbincang tentang rencana resign dari kantor karena family matter. Family means, anak-anak, suami, ya gitulah ya. Pada akhirnya mungkin tulisan ini akan dicibir beberapa orang yang melihat bahwa "ya itu kan tugas wanita".  Dihadapkan pada posisi ini sama aja kayak di adu dengan kondisi dan posisi. Kondisi dimana harus jadi leader, dan mengayomi tim, tentang apapun situasi yang dialami. Dan "Posisi" yang menunjukan dua wanita dengan karakter berbeda, dengan pilihan hidup beda, duduk berdua saling berhadapan dan berdekatan.

Ngga ada wanita yang ga hebat sih menurutku. Mereka memilih, apapun itu pilihannya, aku tidak akan menjustifikasi dari sudut pandang anti-patriarkhi-ku. Kehilangan satu diantara salah satu tim ku, di tengah performa yang baik, dan lagi rame-ramenya resort rasanya kayak, hhhh.... ikut sedih sih ya. Jadi intinya dia mengalah karena jarak, akan lebih baik jika fokus pada keluarga agar menekan jarak, effort dan semuanya yang bisa muncul karena ego kedua belah pihak (suami dan istri). Bagus! Itu pilihan. 

Aku dari muda bukan karakter orang yang mudah "menyerahkan" impianku di tangan orang lain. Apapun itu alasannya, peran, kewanitaan, cinta, apapun. Sampai aku ngga bisa lagi hitung. Banyak pelajaran, situasi, cita-cita, kemampuan, dan segalanya yang membuat kita makin memfilter hal-hal atau manusia-manusia yang tidak terlalu berkontribusi dalam hidup. Semakin kesini, pun demikian. Satu-satunya hal yang ingin aku kejar adalah sesuatu yang bisa dihitung, (dan jangan serta merta ini hanya tentang uang). Kilometer jarak, ketinggian pesawat, jumlah ini dan itu, semuanya.

Berpikir logic dan realtisis adalah kunci dari keseimbangan. Jangan salahkan yang tidak seimbang, bisa saja dia sempat bodoh atau bertemu atau terlibat dengan orang bodoh lainnya.

Aku senang bagaimana "kehangatan" tercipta antara dua wanita yang duduk bersama tentang pilihan. Pilihan dia untuk mengalah dan memilih keluarga, dan Pilihan aku untuk fokus kepada impian dan cita-cita. Tidak ada yang salah dari salah satunya, justru yang Anda -Anda bilang, wanita kan harus gini, harus gitu, ahhh... keasyikan apa lagi itu?? Sudah sudah, mari belajar tentang apa itu yang disebut "berpikir terbuka".

Kembali lagi, 
aku akan sekuat tenaga mempertahankan timku, tapi jika itu tidak mengubah keputusannya maka yang bisa aku sampaikan, hitung lagi (bagaimana financial life setelah resign, misal), dengan menghitung kita akan tau tabungan akan bertahan seberapa lama (wajib dengan memasukan anggaran dana darurat). 

Sukses, and see u on top.

September 29, 2021

 EAT PRAY LOVE

Its Not Only About Movie but...



Pernah sih dengar soal judul film yang dibintangi Julia Robert dan Javier Bardem berrrtaaaahun-tahun lampau, tapi bahkan sampai detik ini (2021 tepatnya), belum pernah nonton filmnya. Sekelumit sih, dengar dari review kawan, dan sekilas liat teaser kala itu, atau cuplikan videonya, bahkan meski, (lagi) meski ratingnya terbilang cukup memuaskan, namun tetap saja belum sempat nonton. Oke baik, di sini saja intronya. Pada intinya adalah tentang perjalanan si mbak Julia ke Bali, menemukan makna hidupnya yang "hilang" karena rentetan kejadian besar dalam hidupnya, kemudian juga rasa ingin tau tentang ketenangan jiwa dan kebahagian (gitu ga sih kira-kira? - kalau salah bisa direvisi ya). Hingga pada akhirnya bertemulah di dengan si Pria, eh wait wait, jangan bicara soal pria nya dulu. Tapi tentang pelajaran hidup yang mba Julie ini dapatkan selama masa "pencariannya" di Bali. Ada banyak lokasi yang dikunjungi, orang-orang yang ditemui, masyarakat lokal, keindahan, keramahan dan kehangatan yang ditawarkan dalam film ini benar-benar cukup mereprentasi masyarakat Hindu di Bali sana dengan berbagai nilai luhurnya. Ada sebuah kutipan kata indah kental ajaran Hinduisme, begini kurang lebih;

'Happiness is a state of mind and has nothing to do with the external world."– Lord Krishna.

Kebahagiaan adalah keadaan pikiran dan tidak ada hubungannya dengan dunia luar. Demikian yang ingin disampaikan dari perkataan Dewa Krisna. Bahagia, sedih, segala rasa yang sejenisnya, adalah muncul dari pikiran, itulah sebabnya seringkali kita diminta untuk mampu mengontrol pikiran agar bisa menjaga rasa dan kondisi emosional agar tidak kebawa sama situasi di luar sana.

KL from MRT
                                            

Setiap orang tentu mengalamai "perjalanan" Eat Pray Love movie versi mereka masing-masing dan dengan tujuan  yang berbeda - beda meski sama dalam keinginan akhir. Begitu juga denganku. Perjalanaku ke Malaysia kala itu membuatku benar-benar belajar hal baru. Bagaimana tidak, karena ini adalah perjalanan ke luar negeri pertamaku, titik mula aku suka "rehat" dengan melakukan perjalanan ke tempat-tempat yang jauh, dan aku akan tetap melakukannya, selama aku dikasih sehat. 

MALAYSIA!

What I've found here?

The city was great! (saat itu lo ya, aku yakin sekarang makin awesome). Itinerary yang aku siapkan juga tidak hanya di Kuala Lumpurnya aja tapi sempat ke Petaling Jaya (karena nyasar dari kereta) dan ke daerah Selangor.  Aku coba berkisah pendek tentang ketakjubanku dengan negara ini, setiap sisi kota, bangunan unik yang ada sentuhan luar negerinya (eh bekas penjajahan juga kayaknya dahulu, jadi ada beberapa bangunan yang masih terinspirasi dengan arsitektur luar). Jalannan, gedung, suasana malam, traffic light (hahahahhaha!), orang lokal, makanannya, aaahhhhhhhhh.......... udah lah, pokoknya itu.

Pic: The Apartment, KL

Udah jadi trigger buat lanjut dan lanjut terus buat next destinasi tiap pulang traveling. Perjalanan itu penyembuh sih buatku, healing time, me time, cara buat rileks, cara buat bersyukur, kadang hanya dengan melihat dan berbincang dengan warga lokal dan mendengarkan kisah mereka. Seringkali yang mau cerita kayak gini malah mereka yang bukan dari orang kaya, tapi yang sederhana, bahagia dengan keluarga kecil, jualan sederhana, dan lainnya.   


EAT

Mana lagi sih kalau bukan Alor pilihannya. Hmm,,, ada sih banyak, banyak banget. Kebanyakan bahkan yang jualan sampe 24 jam malah oran g-orang yang punya warung makan India (dengan menu yang rasanya kuat kari) atau semacam masakan penuh bumbu atau spicy enough lah ya kalau buat aku yang ga terlalu suka pedes. But but but, remember, bukan disitu poinnya! Kalian nyadar ngga kalau setiap makanan itu punya filsafah. Setiap santapan, punya cerita. Bahkan yang sekedar snack, street food atau kudapan semacamnya. Beda daerah pasti punya cerita, apalagi beda negara, apalagi! Aku bisa menemukan banyak keanekaragaman, dan cerita hanya dengan memulai dengan bertanya: "ini dibuat pake apa pak?" Ps. Pilih lah penjual makanan yang sekiranya punya tampang senior, simbah-simbah yang kayaknya bakal doyan cerita. Wah bisa butuh cukup banyak waktu kayaknya chit -chit an sama mereka. 



Oh ya, sekilas tentang jalan Alor Malaysia, ini banyak sekali pilihan makanannya, ga cuma makanan besar tapi juga streetfood. Dan ngga cuma nasi Lemak aja tapi juga aku bisa nemuin makanan Asia lainnya, kayak masakan Thailand, masakan Vietnam dan lainnya. Hari itu aku memilih makan masakan Thailand, noodles sih basicnya namanya Pho (kayaknya), hahahahah. Konten yang separuh mager buat check ricek, tapi harusnya sih bener ya, karena aku di Thailand juga plih ini, plus aku doyan banget mi instan jadi kayaknya berbagai olahan mi kayaknya aku ga gampang lupa sih namanya. Apa aja yang aku makan? Hereeee they areeeeee........


PRAY 

Satu tempat yang kental dengan nuansa Hinduisme, bahkan saat itu barengannya kereta adalah lokal Hindu, mayoritas warga India Malaysia gitu, bertepatan dengan waktu ibadah mungkin ya. Karena sesampainya di Batu Cave, Selangor Malaysia, ada temple kecil di pintu masuk (sebelum tangga berderet super banyak ke arah gua), dan bahkan di dalam gua juga ada tempat peribadan yang rame banget. Berdoa dengan bahasa India gitu ya, yang bener-bener khidmat meski ngga ngerti maknanya. 

Bahkan pemandangan ini jadi satu experience buat para turis asing untuk didokumentasikan lewat foto/ video bahkan ada beberapa dari mereka yang turut serta ibadah dan didoakan dengan cara Hindu. Turisnya tinggal mumbling, amin -amin gitu sih nampaknya. 


LOVE

Kebetulan soal Love ini cakupanku luas banget yaa.. Karena traveling itu udah bentuk love myself  banget, jadi kayak lagi ngasih hadiah sama diri sendiri. Malahan dapet pelajaran soal cinta kasih itu dari pemandangan yang aku lihat, kayak misal ibu ke anaknya yang care banget meski dia sambil jualanan jajanan deket kuil, terus pas lagi panas[-panasnya cuaca anaknya bawain minuman es gitu ke ibunya. How come! itu sih pemandangan yang bikin anget ati. Apalagi pas papasan ma turis lainnya yang aku bilang udah tua (berumur ya), terus jalan-jalan di pedestrian asri, udah tua bareng jalan bareng gtraveling bareng gt kayak, duh auto ati jadi tender banget, se-senyum-senyum aku ikutan tender. wkwkkwkwk (Sirloinnn kali, tendar tender)


Yas! That's the point!

Pulang-pulang bakal sembuh dari segala macam penyakit hati, lepas dari orang lain yang kemudian punya penyakit hati dengan pemikiran; "Ih dia ni kok jalan-jalan terus sih?" "Boros banget!" Emm,,, jika adalah mereka yang bicara demikian, mungkin belum memahami teknologi bernama bank, dimana kita bisa mengumpulkan uang sedikit demi sedikit hingga jadi bukit kecil, yang bisa dipakai untuk kegiatan yang berbau hobi. Jikapun ada penyakit "ain" yang terjadi karena suara buruk, ya udah sih yua, ni tadi startnya pake pendekatan ajaran hidup agama Hindu, kok mendadak pake eksekusi islamiah dan penyakit ain segala. HAHAHHAHAH!


Special Note:

Seneng sih pada akhirnya bisa nulis cerita lagi setelah lama ya. Sampai lupa passwordnya. Dulu banget awal buat blog ini, pas punya banyak waktu tapi cerita masih dikit, tapi semakin tahun semakin dikit postingan (bisa cek di history post) kalau makin lama, justru makin banyak cerita tapi makin berkurang waktu nulis karena sibuk. (Mmmmm... kok ini bisa? Mmm, lagi nyobain laptop baru sih. Ngetes keyboard, biar bisa dibalikin mumpung masih garansi kalo mang ada yang ga bener. Wakakaak!). NO Kidding! I'll try my best to write something here. Kayaknya banyak hal yang belum sempet aku share soal tempat-tempat indah di Asia Tenggara yang pernah aku kunjungi 2 tahun eh 3 eh 4 tahun terakhir deh, biar panjang post nya. HAHAHAHAHAH! (Lagi). 



April 4, 2019

FOOD & TRAVEL: MAKANAN YANG PATUT DICOBA DI MELAKA

"The only thing that holds true happiness is that moment when you're in it.
Nothing can be controlled." - Eliza Doolittle




Apa yang paling menyenangkan dari suatu perjalanan?

Selain bisa belajar tentang hal baru, dari orang-orang baru, perjalanan dalam hal ini traveling, kamu bisa menemukan pengalaman baru tentang banyak sekali hal. Sdar tidak sadar kamu akan menantang dirimu sendiri untuk melakukan sesuatu yang belum pernah kamu lakukan sebelumnya, atau bahkan enggan kamu lakukan selama ini karena berbagai faktor penyebab. Begitu pula denganku. Aku selalu menantang diriku untuk mengalahkan takut atau mengalahkan zona nyaman, dari hal yang biasa -biasa aja. Pembenaran diri dari "yaudah sih toh belum tentu ada kesempatan lagi kan," yadah sih coba aja, belum tentu kamu kesini lagi dalam waktu dekat" pernyatan serupa yang ujungnya memotivasi diriku sendiri untuk berani melakukan yang sebenarnya akan menyenangkan jika dilakukan. 

Kompleks Stadthuys, Melaka. Photo by: @dinataayu

Melaka, kota bagian dari Malaysia, memang menawarkan banyak hal yang menarik, mulai dari lokasi wisatanya, makanannya, orang-orang di dalamnya, bahkan turis long stay yang bisa dibilang sudah lama merasakan kenyamanan di kota ini, beberapa diantaranya pelajar asing namun ada pula yang memang traveler dari mancanagera yang lma menetap di Melaka, di dorm-dorm sederhana misalnya. Sempat terpikir, saat menentukan Melaka sebagai tujuan liburan selanjutnya, pasti nggak banyk perbedaan makanan antara Indonesia dan Melaka. Tapi lepas dari masalah beda atau sama, tetap aku menemukan banyak resto atau makanan - makanan lokal yang direkomendasikan traveler lainnya. Salah satunya yakni Jongker 88 yang mempunya menu best seller es cendol durian, dan asam laksa. Sebelumnya aku pernah makan asam laksa saat liburan di Penang, kali ini aku harus mengalahkan "rasa takut" memakan durian. Aku tak begitu suka durian, bau. Hahaha... dan mungkin begitupula alasan orang-orang yang ngga suka makan durian. Baunya yang menyengat, bahkan mungkin ini satu-satunya buah yang dilarang mauk hotel atau semacamnya karena aromanya yang terlalu menyengat.

Photo by: @DinataAyu

Oke, aku menantang diriku sendiri untuk makan Es Cendol Durian khas Jongker 88. Dan I did it! And I'm okay. Hahahaha...... nggak akan pingsan atau alergi meski bisa dibilang terakhir kali aku makan durian adalah kala SD waktu itu, sempet sedikit ditipu orang rumah katanya buah mahal dan enak, tapi first impression sampai sekarang masih belum bisa "damai" sama durian. Bukan ngga mau makan, tapi better lainnya deh. Kembali ke Jongker 88, aku pesan dua menu, Fishball Noodles & Es Cendol Durian.

Tempat kedua tak jauh dari Stadthuys, yakni warung  Nasi Ayam Hainan. Kalau kalian berjalan mulai Jongker street ke arah Stadthuys, kalian langsung akan ketemu sama satu warung sebalah kiri jalan, yang rame banget, bahkan mulai sebelum makan siang. Warung makan ini akan semakin ramai saat mendekati makan siang (mulai ramai sekitar jam 11 - 1 siang). Tadinya aku sempat lewat warung ini, laper banget waktu itu, tapi liat antrian yang memanjang kayak ngga kuat antri. Tapi setelah berjalan beberapa blok dan ngga nemu yang pas, akhirnya kembali ke tempat ini lagi, mujurlah sudah tidak terlalu ramai seperti sebelumnya.


Riceball Hainan. Photo by @DinataAyu

Aku pesan Riceball Hainan, sama Gurame Asam Manis (menu ini bisa disebut hasil dari miss komunikasi, karena logal bicara pembeli Inggris Chinese, oleh karenanya aku makin pusing asal iya iya aja deh yang penting cepet). Aku sengaja pesan porsi yang kecil, karena mereka akan menawarkan porsi yang lebih besar lagi dengan jumlah riceball lebih banyak. Oh ya, kalau kalian makan makanan halal, memang makanan ini tidak ada pork nya, karena daging yang digunakan adalah daging ayam, tapi si penjual bilang ini ngga halal. Untuk dua menu yang aku pesan tersebut total harga RM 31, belum termasuk minum, karena aku bawa minum sendiri kebetulan.

Gurame Asam Mans. Photo by @DinataAyu

Salah satu list warung makan yang harus kukunjungi yakni, Nyonya Delight. Lokasi ini dekat dengan pantai Klebang, salah satu tempat wisata pantai yang ada di Melaka. Warung biasa, kayak di rumah gitu tapi review makanannya cukup baik, termasuk beberapa menu andalannya seperti asam laksa dan nasi lemak. Hari itu aku pesan asam laksa buat makan siang, sembari menunggu temanku Mike datang. Rencana hari itu, kami mau ke Muar, kota lama yang sekitar 1 jam perjalanan dari Melaka.


Makan siang asam laksa di Nyonya Delight. Foto: @dinataayu

Ceritanya ini nulis nggak pakai durasi. Sekitar jam 1-an aku dan Mike udah sampai Muar. Dia ada urusan kerjas waktu itu, dan aku tinggal nunggu sambil ngopi. Oh ya, Mike ini adalah teman dar Couchsurfingku, dia salah satu host ku di Melaka. Meski dia sibuk kerja, tapi dia nyempetin nganter ke beberapa pantai, dan lanjut ke Muar. Oh ya, di Muar aku sempat mencoba otak-otak ala Melaka. Mungkin bicara rasa tak jauh beda, eh tapi juga karena aku kurang tau standar otak-otak yang bener kayak gimana di Indonesia, tapi memang rasa ikannya lebih kerasa otak-otak di Muar.

Otak - Otak di Muar. Foto @DinataAyu
Makan Lontong Sayur di Melaka
Jadi ada satu warung makan namanya Sayyid Antique. Di sini makanannya enak-enak, pak Sayyid ini menyediakan soto, lontong sayur, dan makanan-makanan yang banyak kita temui di Indonesia. Dijamin halal juga lo makanan di sini. Lokasinya di area Jongker Street cuma perlu sedikit masuk ke gang gitu. Soal harga sudah pasti terjangkau. Oh kenapa dinamakan Sayyid Antique, karena kamu akan menemukan banyak barang-barang antik di warung pak Sayyid ini.


Surga Makanan di Jongker Street
Aku tiba di Melaka tidak pas weekend, jadi aku harus menunggu akhir pekan dulu untuk bisa merasakan euphoria Jongker Street yang katanya banyak sekali makanan-minuman rekomended para traveler. Jongker street kalau akhir pekan udah mirip Sunday Morning UGM, ratusan penjaja makanan, streetfood, dan pernak pernik, oleh-oleh dan lain sebagainya memadati jalan Jongker ini. Mulai sore hari hingga tengah malam, bahkan kadang lebih dari midnight. Semakin kuat suasana Tionghoanya, di gate depan Jongker Street, ada panggung budaya yang mana komunitas Tionghoa di Melaka seringkali mengisi dengan bernyanyi lagu-lagu mandarin.

Nah berikut beberapa makanan yang sempat aku coba di Jongker Street. Jujur, pengen banyak nyoba yang lain, tapi apa daya perut nggak muat banyak. Hahahaha.....


Street food di Jongker. Foto:@DinataAyu

Jus Mangga Asli. Semangga-mangganya sekalian. Foto:@DinataAyu
Aneka sate dan bakso. Foto:@DinataAyu

Egg Oyster. Enakkkk. Foto:@DinataAyu

Dari makanan yang aku coba di Jongker Street, ada satu favoritku, lagi-lagi oyster. Dia cuma kayak direbus gurih pake bumbu gitu, terus dikasih saus khas dan rasanya gurih banget, tapi ngga amis. Harganya bisa dibilang cukup mahal, karena setelah dirupiahkan, 1 oyster ini harganya Rp. 15.000. Nggak papa, nyoba aja, daripada penasaran kan ya.

Oyster enakkk.... Foto:@DinataAyu

Bonus konten!

Jadi, aku bisa enjoy banget sama yang namanya Melaka. Aku terlalu niat untuk berlama-lama disini, 5 hari tanpa move ke KL, atau daerah lainnya. Memang tadinya kalau mampir mau ke pantai Lang Tengah, cuman karena musim penghujan, better aku stay in Malaka sampe puas, sampai kenal ma orang-orangnya, sampe ketemu lagi sama bule-bule di dormi aku padahal aku dah pindah tempet stay dan mereka pun masih inget aku pas papasan di tengah jalan. Feel so great! Pengalaman yang nggak bisa dilupakan. Apalagi, ada pasangan suami istri disana, namanya pak Ram dan Bu Mala yang jadi temen cerita berhari - hari bahkan sempet memasakan menu spesial rumahan mereka.



Ayam bumbu rempah India. Cocol sausnya jangan lupa. Foto: @DinataAyu
Oh satu lagi! Ada beberapa kafe yang ingin aku kunjungi di Melaka, beberapa itu bukan wajib datang, tapi memang pengen merasakan duduk tenant sendiri di kafe-kafe ini, melihat sekililing menulis materi dan merasakan "me time". Ada dua kafe yang aku kunjungi, yaitu Stolen Cup dan Calanthe Art Cafe. Standar harganya juga nggak jauh dari di Jogja kok, ada yang 30ribuan bahkan ada yang ratusan ribu untuk main coursenya. 

The Stolen Cup



Calanthe Art Cafe. Foto: @DinataAyu

Cappucino dengan gula Melaka. Enak! Foto: @DinataAyu

Foto: @DinataAyu


January 5, 2019

RESOLUSI 2019: UNTUK APA KITA PUNYA RESOLUSI?

“Believe in yourself! Have faith in your abilities! Without a humble but reasonable confidence in your own powers you cannot be successful or happy.”
—Norman Vincent Peale





Ayo bicara tentang resolusi.
Katanya, tahun baru itu, identik dengan harapan dan impian baru di tahun depan. Tapi aku sempat mikir, bagaimana jika harapan di tahun sebelumnya juga belum tercapai, boleh dilanjutkan kah? Hahaha...... Resolusi bukanlah parameter untuk menentukan kesuksesan seseorang, atau kebijaksanaan, bahkan impian manusia. Bagi beberapa orang perayaan tahun baru menjadi satu dorongan semangat baru untuk lebih baik (pada intinya) daripada tahun sebelumnya. Tapi lantas, pada akhirnya dorongan "lebih baik" ini bisa datang dan hilangs seiring berjalannya waktu tanpa adanya mental kuat dan konsistensi dari pelakunya. Kemudian, bagi mereka yang tidak atau belum berpikir tentang apa yang mau mereka capai di tahun 2019. ada beberapa diantaranya bingung tentang mimpi mereka, atau mungkin banyak yang ingin dicapai tapi entah mana prioritas mereka atau mana yang ingin dicapai lebih dulu. Lucunya lagi, tidak sedikit dari mereka yang masih menjadi genk "let it flow" yang berpikir hidup ngga akan secomplicated itu, biarin jalan apa aadanya dulu. Pemikiran ini bukan salah, pastinya akan ada result yang berbeda dengan masing masing action yang dipilih. Sebagai contoh saat kamu pergi traveling dengan "nyemplung" gt aja, bisa jadi kamu akan nemuin kejutan seru dengan orang - orang lokal, teman - teman baru, pengalaman seru yang belum pernah kamu alami sebelum, TAPI, bisa jadi juga kamu tersesat di jalan, atau ketemu orang yang ngga asik, bahkan buruknya bisa jadi korban kriminalitas di negara orang, oh no! jangan sampe!.

Sabtu siang ini, mendung semakin menghitam, padahal belum ada jam 2 siang. Sembari menulis, aku asyik mendengarkan  lagu Matt Johnson - Just Like You di Spotify yang nggak premium. Aku ada beberapa hutang tulisan tentang cerita travelingku di Melaka beberapa waktu lalu, namun mumpung masih awal Januari 2019 aku ingin cerita tentang apa pentingnya resolusi tahun baru untukku.

Macau. Source IG @DinataAyu

Tahun lalu, aku menulis 1 keinginanku, dan aku tidak dapat mencapainya tahun ini. Aku pikir lagi kenapa ya kok bisa meraih itu, padahal biasanya aku orang paling getol bab mewujudkan impian. Setelah beberapa hari mikir, ternyata tidak semua keinginan kita adalah apa yang kita butuhkan atau prioritaskan, Bahkan mungkin kita inginkan begitu saja, dadakan, karena adanya stimulus yang datang dari banyak faktor. Tahun 2018, aku pengen banget ke Danau Kawaguchi, Jepang. Lihat danau itu dari dekat dengan semua pemandangan indahnya. Tapi, setelah dipikir lagi, Jepang jadi salah satu negara yang memang belum membuatku jatuh hati. Mungkin karena itu, aku secara sadar ngga sadar ngga merealisasikan impian Kawaguchi-ku. Lepas dari itu, aku justru mewujudkan impianku di dua tahun sebelumnya, MELAKA. Setelah jatuh hati dengan Penang dan seluruh budaya & historynya, aku ingin Melaka menjadi lokasi kedua favoritku yng harus dikujungi di kemudian hari. Akhirnya justru aku melewatkan Kawaguchi di tahun ini, untuk melenggang cantik menikmati kota indah, khas peranakan di Melaka.

RESOLUSI MENDORONGKU UNTUK BEKERJA LEBIH GIAT
Boleh jadi salah satu fungsiku membuat resolusi adalah dorongan terbaik biar kita jangan mudah menyerah menghadapi seluruh dinamika di kantor. Secara hidup masih jadi karyawati setia, nyari gaji bulanan ditambah uang lembur demi makanan enak dan liburan asyik adalah satu hal yang bisa membuatku semangat. Meski mendadak, tagihan kartu kredit juga mendekati limit karena beli tiket ini itu, tapi kadang dengan kayak gini aku malah lebih rajin kerja, bukan hanya karena passionku tapi karena aku jadi mampu menghadiahi diriku sendiri setelah leleah kerja seharian. Kurang lebih begitu, kawan - kawan. 

Thailand. Source IG @DinataAyu

RESOLUSI MENDORONGKU BERPIKIR TENTANG TUJUAN
Ada yang pernah bilang padaku, bermimpilah secara spesifik. "Menjadi orang yang lebih baik" terlalu kompleks  karena parameternya belum jelas. Beda kalau kalian bilang, "Aku ingin menjadi orang yang lebih baik dengan rajin menabung sebulan minimal Rp. 500.000". Tulliskan impianmu secara spesifik, dan itu akan membantu kamu untuk menentukan langkah - langkah apa saja yang bisa dilakukan untuk mencapainya. Kadang, aku juga memberikan challenge pada diriku dengan impian - impian konyol yang ngga keliatan serius sebenarnya, contohnya: "Aku tidak akan memotong rambutku sampai tahun baru 2019" - udah konyol, atau kurang konyol. Hahahaha...... 

RESOLUSI MEMBANTUMU UNTUK TAHU SEJAUH MANA KEMAMPUAN  & KONSISTENSIMU
Oke, simpelnya gini: "Aku ingin sebulan menabung minimal Rp. 500.000" adanya resolusi ini tentu akan menantang kamu untuk tahu sejauh mana kamu bisa konsisten terhadap keinginanmu. Bisa saja kamu menabung untuk menonton konser penyanyi internasional, liburan ke Eropa, atau apapun itu, tapi semuanya ada hasil akhirnya. Saat kamu sudah membuat perhitungan untuk meraih hasil akhirmu itu, dan kemudian pada hari yang dinanti, kamu berhasil meraihny, tentu itu bisa jadi kepuasan tersendiri. Pada akhirnya kepuasan bukan hanya tentang kamu berhasil nonton konsernya, tapi berhasil mengalahkan egomu sendiri untuk, berhemat, untuk memperhatikan pengeluaranmu, untuk konsisten dan fokus dengan harapanmu.

Hongkong. Source IG @DinataAyu

RESOLUSI MEMBUATMU SADAR, KAMU MEMILIKI HIDUPMU SENDIRI (JANGAN TERJEBAK RUTINITAS)
Apakah kalian mengalami kekosongan atau merasa terjebak dengan rutinitas yang itu - itu saja setiap hari. Biasanya hal ini terjadi pada pekerja -pekerja dengan load kerja tinggi, kerjaannya dari pagi sampai sore seperti membuatnya lupa tentang kehidupannya sendiri, seperti terjebak di kumparan angin puting beliau, setiap hari setiap waktu dan terus berulang. Resolusi menjadi salah satu kesemppatanmu untuk men-set up goal mu untuk satu tahun, atau mungkin kamu membuatnya jangka panjang 3 tahun, 5 tahun, atau seterusnya.  Aku suka traveling, dan aku mentarget dalam satu tahun minimal aku jalan - jalan ke luar negeri 1x, sebagai wujud hadiah untuk pencapaianku selama satu tahun. Proses bermimpi ini membuatku harus punya waktu untuk diriku sendiri, seperti, aku mau kemana, apa saja persiapannya, dan lain sebagainya. Hingga akhirnya di hari H nanti, aku akan menggunakan otakku, tidak untuk pkerjaan tapi untuk hal yang berkaitan dengan hobiku, hal yang aku senangi, selain bekerja. Efeknya akan ada keseimbangan yang ada di kepala kamu, tidak melulu satu hal aja yang diinget atau dioptimalkan tapi juga kamu punya "Me Time" untuk dirimu sendiri (tentunya selama dalam hal positif).

Kenapa akhirnya aku menulis tentang resolusi, meski mungkin beberapa orang yang mengenalku akan tahu, aku tidak sedikitipun menulis resolusi dengan serius di sosmed Cuma berisi harapan - harapan receh misalnya, semoga tahun 2019 aku akan lebih inget nama samaranku waktu pesen miinum di Starbucks, atau keinginan konyol, dan semacamnya.

APA RESOLUSIKU TAHUN INI?
Aku akan melanjutkan S2 ku di jurusan Komunikasi Public salah satu Universitas di Yogyakarta, meraih gelar S2 ku di 2020. Aku belum bisa memutuskan apalagi yang mau aku raih di tahun depan, karena satu hal ini masih jadi fokusku yang utama.



December 28, 2018

SUKA DUKA LIBURAN DI MELACCA


"Time moves in one direction, memory in another."
- William Gibson




Hai!
Aku terlalu sering memulai kalimat pembuka dengan kata Hai, bahkan saat aku bingung harus membuat caption apa di Instagram. Okey, anggaplah thats the easiest way to start everythings, termasuk postingan blog kali ini. Awal Desember 2018 lalu, aku akhirnya punya kesempatan ke Malaysia lagi setelah beberapa kali datang, dan akhirnya punya cukup waktu buat lanjut Solo Travel ke Melacca, sebuah kota yang tidak terlalu besar, jaraknya sekitar 3 -4 jam dari Kuala Lumpur (depends on traffic).

KENAPA MELAKA?
Beberapa teman bertanya tentang hal ini, kok ke Melacca? Ngapain ke Melacca? Mang ada yang bagus di sana? dan segala pertanyaan sejenis, kayak "Melacca itu, saking g banyak yang bisa di explore, palingan juga kelar 2 hari. Hal ini, sama sekali tidak membuatku ragu untuk membereskan seluruh preparation ke Melacca. Secara, aku juga butuh liburan ke suatu tempat yang tidak terlalu ramai, tidak terlalu "sulit" medannya. Sebelumnya sempat tepikir untuk liburan ke Krabi - Thailand, tapi setelah membuat pertimbangan ini itu akhirnya aku memutuskan 5 hari menghabiskan masa liburanku di Melacca, sebuah kota peninggalan portugis di Malaysia. Aku sempat tertantang, kayak apa sih ni kota, sampe orang - orang bilang, ga banyak yang bisa aku explore di sini. Nice. Itu dah kayak kasih tantangan tersediri bukan.

Museum Stadthuys
Kurang dari dua bulan aku beli tiket dan urus perihal akomodasi dan itinerary. Oh, kayaknya malah cuma sebulan, karena bisa dibilang ini adalah liburan ter-last minute -ku sepanjang sejarah. Lebih dari 20 lokasi yang ingin aku datangi termasuk juga cafe dan kedai makanan yang menurut info itu cukup terkenal dan makanannya pun enak.

Perjalanan ke Melacca
Aku naik Air Asia direct dari Yogyakarta. Dari KLIA2 naik bus ke Melacca Sentral, sekitar 3 jam. Ada kendala? Ada. Hahahaha..... Karena kebetulan aku perbangan siang ke malam, jadi aku akan diprediksi landing di KLIA2 pukul 9 malam (belum pakai muter - muter KLIA2 karena harus lewat imigrasi dan lain sebagainya). Dari web yang aku liat tentang jadwal bus, menginfokan bahwa bus terakhir adalah pukul 21.30 waktu Malaysia. Oke, berarti aku hanya punya waktu  30 menit sampai ke Terminal Bersepadu Selatan (TBS) yang ada di kompleks KLIA2 tepatnya turun 1 floor dari arrival gate. Apa saja yang harus aku prioritaskan waktu itu:
  1. Ngebut proses di Imigrasi (jangan sampe aku mampir - mampir dan bikin ada di atrian panjang Imigrasi). And I did it! Ini adalah rekor tercemerlang-ku karena ada diurutan pertama antrian imigrasi KLIA2 setelah lari kocar - kacir paska landing. Sampe pengen pipis aja ditahan bentar, dimasukin lagi ke kandung kemih, dijagain sampe ntar lebih aman sikonya. Hahaha!
  2. Beli simcard. Koneksi internet adalah hal yang sangat penting untuk traveling saat ini. Kamu bisa pesen taksi online, bisa liat GPS, bisa liat informasi yang sekiranya kamu butuhkan saat perjalananmu. Kebetulan, aku keluar dari arrival gate pukul 21.05, pesawat landing 10 menit lebih awal, jadi punya waktu cukup untuk lari -lari ke imigrasi dan urus beli simcard yang ada tepat di depan pintu keluar. TAPI, apalah arti namanya apes tak terhindarkan. Aku sampai ganti nomor 2 x di tempat jual simcard karna katanya kuotaku kok ga bisa keload dengan sempurna. Padahal perlu waktu sekitar 5 -7 menit untuk registrasi kartu itu, cek passport dllnya. Aku liat jam dan ternyata aku cuma punya waktu 5 menit lagi ke TBS, akhirnya aku minta batal proses simcard. Sebel sih, karena kayak merasa sia - sia dah berhasil keluar imigrasi cepet tapi tertahan di simcard corner.
  3. Pesan tiket bus di TBS. Namanya dimudahkan, untunglah masih ada jadwal bus paling terkahir yakni pukul 22.15. Oke meskipun nanti imbasnya akan sampai ke bab check in hotel. Tapi ya sudahlah yang penting jalan dulu. Jangan lupa perhatikan betul jam keberangkan bus, dan kode bus, serta shelter yang sesuai agar kalian ngga salah nunggu. Lokasi "mangkal" bus ini tepat di pintu keluar TBS.
  4. Gunakan grab. Aku naik grab dari terminal Melaka Sentral, ke hotel - eh lebih tepatnya backpacker hotel (karena kali ini aku memilih stay di dormitory bule - bule gitu ga jauh dari Jongker Street). Dari Terminal ke hotel, biaya grab cuma 7 RM sahajaaa.. Murinda! (Murah, nda!).
Oke, aku akan cerita lengkapnya tentang cerita di masing - masing lokasi wisata pada postingan selanjutnya. Kali ini betul -betul cerita tentang pengalaman tak terlupakan di Melaka yang mungkin kalian perlu tahu. Perjalananku dimulai di hari kedua (secara karena hari pertama isinya full perjalanan dri Yogya ke Malaysia, lanjut Malaysia - Melaka).

Tiket bus dari KLIA 2 ke Melaka Sentral

SUKA DUKA JALAN KAKI
Jalan dari hotel ke Jongker Street buat cari makan sekaligus explore museum Stadthuys dan sekitarnya. Aku memilik kemana-mana jalan, dalam area ini kamu tetap akan dimanjakan dengan suasana kota yang asik, klasik, unik, dan khas sentuhan peranakan. Memang, meskipun Melaka kuat peninggalan Portugis, tapi banyak juga arsitektur diwakili gedung - gedung bergaya peranakan. Salah satu lokas wisata di sini yang kuat khas peranakan yakni Museum Baba Nyonya. Museum ini menandai sejarah peranakan dimana dulunya ada masyarakat lokal (pribumi) yang menikah dengan keturunan Cina, maka anaknya disebut Baba (untuk pria) dan Nyonya (untuk wanita). Opsi lainnya selain jalan kaki, pastinya sewa sepeda atau Grab. Oh iya, kalian juga boleh banget mencoba asyiknya naik Beca (mirip becak kalau di Indonesia), kendaraan lokal yang lengkap dengan hiasan dan lampu warna - warni, bahkan dengan lagu - lagu hitz yang dimainkan keras melalui speaker yang ada di Beca. Kota ini termasuk aman, mau aku pulang malam (dan bahkan dini hari) aku masih aman sampai hotel. tapi tetap ya, kalau kalian Solo Travel sepertiku, meskipun banyak referensi daerah itu aman, tidak jamin kejahatan atau pelecehan tidak muncul. Kalian tetap harus berhati - hati, gunakan intuisi, selalu waspada dan memang better jangan suka improvisasi masuk gang - gang sepi. Meskipun aku sempat mengalami lewat jalanan sepi di Melaka,tapi aku tetap lewat jalur utama.

Kompleks Red Building

SUKA  DUKA MAKANAN DI MELAKA
Ingat! Bagi kalian yang liburan ke Melaka dan benar - benar ingin makanan halal, tak ada salahnya kalian menanyakan dulu makanan yang ingin kalian makan apakah bener - bener apa engga. Karena tidak selalu makanan yang tidak mengandung daging pork secara langsung, tapi dia menggunakan minyaknya. Ada beberapa makanan halal di Jongker, salah satunya di Sayyid Antique, boleh seacrh di google. Makannya ada soto, lontong, nasi lemak, dan beberapa pilihan minuman yang nikmati, dijamin halal. Oh ya, pilihan lainnya kalian bisa ke Jongker 88, itu famous pisan di sana. Bisa pilih asam pedas, berbagai mi lezat dan kamu juga bisa nyoba es cendol durian. Aku pecinta mi, pengen banget coba wantan mi, tapi apa daya, memang tidak boleh dimakan, karena hampir semua wantan mi itu tidak halal. Oke baiklah!

Sarapan di Jongker 88. Mie Bakso Ikan

SUKA DUKA CUACA DI MELAKA
Oke benar, bahwa Desember bukan waktu yang bagus buat datang ke Kuala Terengganu, lokasi kedua yang rencananya akan aku datangi setelah 2 hari di Melaka (tadinya). Tapi karena info dari beberapa teman di Couchsurfing bahwa pulau Lang Tengah dan pulau Redang di Kuala Terengganu di tutup selama Desember - Februari karena cuaca di waktu tersebut kurang baik, jadinya aku memilih stay di Melaka. Dan jangan sedih, di Melaka juga tetep hujan anyep - anyep gitu tiap hari. Meskipun syukurlah 3 hariku di sana cerah, 2 hari ujan. Cerah dalam hal ini, ada masa dimana aku bisa aman explore lokasi wisata, meski sorenya tetep ujan, atau paginya di awali ujan. Jangan lupa untuk bawa payung kemanapun, paling nggak kamu nggak akan kerepotan saat hujan mulai turun sedangkan kami masih berada di lokasi yang tidak memungkinkan untuk berteduh.

SUKA DUKA HOSTEL DI MELAKA
Aku akan cerita tentang dua lokasi hostel backpacker yang aku gunakan. Biasanya dari jauh- jauh hari, aku cari dulu beberapa hostel yang memang review nya bagus, ratingnya oke, dan yang pasti review google nya dan komen usernya meyakinkan. Kedua dari look nya harus udah feel in duluan. Salah satu hotel yang aku gunakan adalah Ringo's Foyer, hanya 5 menit dari Jongker Street jalan kaki. Aku suka banget sama hotel ini, karena murah, simple (bed-nya ada kotak gitu, mgkn bisa kayak cabin hotel kali ya nyebutnya), terus lokasinya dekat kemana - mana, khususnya ke Jongker Street, semua yang tinggal di sini (yang mana 100%) juga baik - baik dan ramah, apalagi Daniel, yang jaga hotel. Kamar mandi bersih dan lingkungan cukup tenant dan menyenangkan.



Hotel backpacker kedua yang aku gunakan di dua malam terakhir adalah The Bunk  By Olive, nah ini kalo jalan kaki ke Jongker mayan jauh, ada sekitar 10 -15 menit. Makanya waktu pindah hotel, agak sedikit penyesuaian ulang, dari lokasi yang cozy ke lokasi yang dekat dengan jalan raya, yang setiap malam masih denger suara bus, kendaraan melintas. Tapi nilai plusnya dari hotel ini adalah bersih banget, kamar utama, dan ruang tamu di kasih karpet bersih, ada pula dapur, ruang santai, ruang makan yang lantainya kinclong buanget. Kamar mandi juga nyaman, hot water ada dan lancar, pada intinya dua hotel ini menyenangkan, ga ada yang bermasalah, hanya saja kendalanya lokasinya yang satu dekat, yang satu agakjauhan dari Jongker Street. Bicara rate harga, Ringo's Foyer lebih murah dari The Bunk by OLive, salah satu faktornya adalah karena Itu aja sih.

Thats all! Kalau kalian masih ingin dan perlu tau beberapa hal seputar liburan Melaka, leave comment di bawah ya. Kadang suka bingung kalau menulis yang diluar moment terbaik atau terkonyol. Siapa tau ada hal - hal penting yang terlewat untuk diceritakan.











Copyright © 2014 FILOSOFAST

Distributed By Blogger Templates | Designed By Darmowe dodatki na blogi